REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perubahan iklim menjadi isu global yang mendapat atensi besar dari Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah (PPNA). Berdasarkan data PBB, sebanyak 80 persen perempuan menjadi kelompok terdampak adanya perubahan iklim.
Ketua Bidang Kesehatan dan Lingkungan PPNA Lia Kharisma Saraswati menyatakan, selain menjadi objek terdampak perubahan iklim, perempuan dapat menjadi agen perubahan yang efektif untuk mitigasi dan adaptasi terhadap isu perubahan iklim.
Seruan tersebut disampaikan dalam kegiatan Webinar memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2023 dan Milad Nasyiatul Aisyiyah yang diselenggarakan Departemen Kesehatan dan Lingkungan PPNA, Sabtu (10/6/2023).
"Kegiatan ini dapat menjadi solusi bagaimana menjaga kelestarian lingkungan, dimana menjadi tanggungjawab kita bersama. Setiap orang punya berbagai cara untuk menjaga lingkungan seperti penanganan sampah, upaya penghijauan, bersih-bersih sampah," ujar Lia Kharisma dalam sambutannya, dalam siaran pers yang diterima, Sabtu (10/6/2023).
Peran perempuan, kata Lia, sangat penting dalam mendorong perbaikan iklim, mulai dari isu lingkungan hidup. Arahan ini tertuang dalam salah satu pilar Keluarga Muda Tangguh Nasyiatul 'Aisyiyah (KMTNA), yang menitikberatkan peran perempuan dalam agenda ramah lingkungan atau ecofamily.
"Kita di Nasyiatul Aisyiyah melakukan pengolahan sampah organik atau limbah makanan yang berasal dari rumah tangga dengan metode eco enzyme. Kita juga memiliki gerakan eco friendly misalnya membawa tumbler di setiap acara, mengurangi penggunaan sampah plastik dan sebagainya. Ini wujud nyata yang Nasyiatul Aisyiyah lakukan," tuturnya.
Dalam kegiatan ini, Ketua Majelis Lingkungan Hidup PP Muhammadiyah, Azrul Tanjung juga mendorong agar kader Nasyiah memaksimalkan seluruh potensi untuk bersama-sama mengantisipasi perubahan iklim. Ada lima gagasan yang ditawarkan Azrul Tanjung kepada persyarikatan Muhammadiyah.
Pertama, gerakan merawat dan mengelola hutan sebagai sebuah bisnis. Menurut Azrul Tanjung, hutan perlu dirawat dengan baik sebab berdasarkan riset WALHI, hutan di Indonesia sudah mengalami kerusakan berat.
"Kedua, Gerakan air juga harus kita perkuat, karena tidak ada elemen yang tidak butuh air, tentunya dengan keseimbangan. Kedepan, gagasan yang ditawarkan ini bagaimana Muhammadiyah dapat memiliki bisnis air tetapi tidak merusak lingkungan," ujar Azrul Tanjung dalam gagasannya. Ketiga, lanjut Azrul, Muhammadiyah yang memiliki amal usaha Rumah Sakit, seharusnya mampu memanfaatkan limbah di lingkup rumah sakit.
"Kita punya banyak amal usaha Rumah Sakit. Kita harus bisa memanfaatkan limbah rumah sakit, memiliki nilai bisnis, maka butuh pengelolaan yang tepat," ujar Anggota Dewan Pengawas Syariah ini.
Keempat, ia mendorong agar Muhammadiyah memulai penerangan dengan memanfaatkan tenaga surya. Terakhir, penggunaan energi listrik. Azrul berharap kedepan Muhammadiyah dapat memanfaatkan energi listrik secara baik.
Sebagai informasi, dalam webinar ini dihadiri sejumlah narasumber diantaranya Senior Ambassador for Greenfaith dan Wakil Ketua PCIM Amerika Serikat, Nana Firman, dokter umum dan Ketua Departemen Kesehatan dan Lingkungan PPNA dr. Setiani Imaningtias, dan Co founder Mama4planet dr. Davrina Rianda.
Para narasumber memaparkan kajian studi tentang perempuan dan tantangan polusi plastik, perubahan iklim dan dampak bagi kesehatan, serta best practice upaya dan peran perempuan dalam adaptasi perubahan iklim.