Rabu 26 Apr 2023 15:23 WIB

Nasyiatul Aisyiyah Desak BRIN Sanksi Andi Pangerang dan Thomas Djamaluddin

Menurut Ketum Nasyiatul Aisyiyah, keduanya dapat memicu konflik.

Rep: Mabruroh/ Red: Ani Nursalikah
Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Andi Pangerang (AP) Hasanuddin. Nasyiatul Aisyiyah Desak BRIN Sanksi Andi Pangerang dan Thomas Djamaluddin
Foto: Dok Republika
Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Andi Pangerang (AP) Hasanuddin. Nasyiatul Aisyiyah Desak BRIN Sanksi Andi Pangerang dan Thomas Djamaluddin

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah mengecam keras tindakan arogan peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) terkait perbedaan penetapan awal bulan Syawal 1444 H, yang disertai ancaman pembunuhan terhadap warga Muhammadiyah.

Ketua Umum Pimpinan Pusat Nasyiatul Aisyiyah Ariati Dina Puspitasari menilai tindakan yang dilakukan dua peneliti BRIN Thomas Djamaludin dan Andi Pangerang Hasanudin merupakan masalah serius yang dapat memicu konflik, merusak hubungan sosial serta kesejahteraan masyarakat.

Baca Juga

"Kami mengecam tindakan Saudara APH dan Saudara TD dalam menyikapi perbedaan terutama dalam hal-hal keagamaan. Perbuatan tersebut sangat disayangkan karena sebagai seorang intelektual dan berada pada sebuah badan penelitian termasyur di Indonesia mestinya persoalan yang dikemukakan dapat dibicarakan dan didiskusikan dalam forum-forum intelektual yang sesuai dengan bidangnya," ujar Ariati dalam keterangan resminya, Rabu (26/4/2023).

Ariati juga mengapresiasi langkah BRIN secara kelembagaan yang segera merespons tindakan civitasnya dengan melakukan sidang etik Majelis Hukum dan Disiplin ASN.

"Dengan ini pula, Nasyiatul Aisyiyah mendesak agar sidang etik tidak hanya diberlakukan untuk Saudara APH. Namun, juga untuk Saudara TD, yang menjadi pemicu munculnya ujaran kebencian dari saudara APH untuk warga Muhammadiyah. Nasyiatul Aisyiyah juga mendesak agar sanksi final yang diberikan oleh BRIN adalah sanksi yang benar-benar dapat memberikan efek jera bagi keduanya dan dapat dijadikan sebagai pelajaran bagi warga Indonesia khususnya untuk ASN," ujarnya.

Selain itu, Ariati meminta Polri memproses laporan pengaduan yang sudah dilayangkan warga Muhammadiyah ke Bareskrim Polri maupun Polda secara adil, cepat, dan tuntas, serta memberikan perlindungan kepada seluruh warga Muhammadiyah atas adanya ancaman pembunuhan yang telah disampaikan secara terbuka di media sosial.

Dosen Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta ini mengajak segenap kader Nasyiatul Aisyiyah dan seluruh elemen masyarakat menjaga kerukunan sosial, menghargai keberagaman, serta menolak segala bentuk diskriminasi. 

"Berpikir bijak sebelum bertindak, terutama dalam berkomentar di media sosial," ujarnya.

Pernyataan sikap PP Nasyiatul Aisyiyah merupakan buntut dari kegaduhan akibat komentar Thomas Djamaludin di Facebook yang diikuti ancaman pembunuhan oleh AP Hasanudin dari BRIN terhadap warga Muhammadiyah.

Komentar Thomas di Facebook yang memicu emosi Andi berbunyi:

“Ya. Sudah tidak taat keputusan pemerintah eh, masih minta difasilitasi tempat salat Id. Pemerintah pun memberikan fasilitas.”

AP Hasanuddin yang merupakan junior Thomas seketika menanggapi:

“Perlu saya halalkan gak nih darahnya semua Muhammadiyah? Apalagi Muhammadiyah yang disusupi Hizbut Tahrir melalui agenda kalender Islam global dari Gema Pembebasan? Banyak bacot emang!!! Sini saya bunuh kalian satu-satu. Silakan laporkan komen saya dengan ancaman pasal pembunuhan! Saya siap dipenjara. Saya capek lihat pergaduhan kalian.”

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement