REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Pemimpin kelompok paramiliter swasta Rusia Wagner Yevgeny Prigozhin tidak yakin pasukannya akan tetap bertahan di Ukraina. Komentarnya muncul setelah Rusia mengesahkan undang-undang baru yang bertujuan mengendalikan tentara swasta yang berperang atas nama Rusia.
Prigozhin mengatakan pada Selasa (13/5/2023), dia tidak yakin pasukannya akan tetap tinggal di Ukraina setelah merebut kota Bakhmut di Ukraina timur. Pasukan Wagner telah melakukan pertempuran selama berbulan-bulan di area tersebut.
Ketegangan antara Prigozhin dengan Rusia terus meningkat. Dia sebelumnya menuduh lembaga itu gagal memberikan pasokan amunisi yang memadai kepada Wagner di Ukraina, dalam serangan terbaru dia menyatakan penolakan untuk menandatangani kontrak di bawah Kementerian Pertahanan Rusia.
Penolakan itu pun ditanggapi oleh Rusia dengan menandatangani kontrak dengan kelompok Akhmat dari pasukan khusus Chechnya. Penandatanganan tersebut mengikuti perintah bahwa semua unit sukarelawan harus menandatangani kontrak sebelum 1 Juli. Pakta itu menempatkan pasukan tersebut di bawah kendali Menteri Pertahanan Sergei Shoigu.
Komandan Akhmat Apty Alaudinov mengatakan, unit tersebut telah menyiapkan dan mengirim puluhan ribu sukarelawan ke Ukraina dalam 15 bulan terakhir. Moskow mengatakan pada pekan lalu, bahwa pasukan Akhmat melancarkan serangan di dekat kota Maryinka, di wilayah Donetsk, Ukraina timur.