REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Sebuah video dari komedian Jocelyn Chia, yang menggunakan hilangnya pesawat Malaysia Airlines MH370 pada tahun 2014 sebagai bahan lelucon telah mendapatkan cemoohan banyak warganet, termasuk memicu kemarahan warga Malaysia dan Singapura. Walaupun sudah mendapatkan banyak kecaman, komedian AS keturunan Singapura itu mengaku tidak akan meminta maaf atas lelucon yang ia buat.
Jocelyn Chia, seorang pelawak tunggal kelahiran Boston, Amerika Serikat, tapi keturunan Singapura, menampilkan lelucon tersebut di Comedy Cellar di Manhattan pada April 2023. Lelucon yang ia bawakan merupakan 'dark joke' itu menjadi viral setelah membahas pemisahan sejarah kedua negara, namun berujung pada lawakan soal pesawat MH370 yang hilang beberapa tahun lalu.
Dalam video lawakannya, Chia dengan sengaja mengatakan bahwa Singapura telah menjadi "negara dunia pertama," sementara Malaysia tetap menjadi negara "berkembang". Dia kemudian mengibaratkan pemisahan dua negara tersebut sebagai sebuah perpisahan yang romantis.
Namun, ia menggambarkan Malaysia yang terus mencoba untuk merayu Singapura kembali dalam negara persekutuan Malaya. Chia menyindir, rayuan itu tidak berhasil, karena pihak Malaysia tidak juga mengunjungi Singapura. Hal itu karena "pesawat saya tidak bisa terbang," katanya dalam klip video tersebut: "Apa? Malaysia Airlines hilang tidak lucu?"
Dia kemudian berseloroh, "Beberapa lelucon memang tidak berhasil membuat tawa," namun ia tidak peduli. Termasuk dengan cemoohan warganet yang menghujatnya terkait lelucon tersebut. Ia juga enggan meminta maaf.
Alasannya, saat penampilan langsungnya di klub tersebut memang mengundang tawa dari penonton yang hadir. Namun, ketika klip videonya diunggah kembali hampir dua bulan kemudian setelah ia tampil, hal tersebut memicu reaksi negatif yang signifikan terhadapnya. Inilah yang membuat ia menilai tidak ada yang salah dengan lelucon yang ia buat.
"Saya mendukung lelucon saya, namun dengan beberapa catatan, saya mendukungnya secara keseluruhan, jika ditonton di klub komedi. Setelah merenung, saya melihat bahwa menjadikannya sebagai video klip yang ditonton di luar konteks klub komedi adalah hal yang berisiko," kata Chia kepada CNN.
Ketika kontroversi terus berlanjut, Chia mengatakan bahwa ia tidak merasa terganggu. Ia berdalih telah melakukan lelucon tersebut berkali-kali, karena itu ia tidak akan mundur. Namun, video klip Lelucon itu sudah hilang di media sosial Tik Tok. Lelucon tersebut telah dihapus dari TikTok dan diberi label "perilaku kebencian", yang melanggar pedoman komunitas.
Sementara itu, massa dari Organisasi Nasional Melayu Bersatu, salah satu partai politik terbesar di Malaysia, melakukan aksi unjuk rasa ke kedutaan besar AS di Kuala Lumpur pada hari Jumat lalu untuk melakukan protes. Para netizen tidak hanya mencemooh Chia, mereka juga meretas situs web klub Greenwich Village, dan 4.000 ulasan bintang satu diunggah di Google.
Di tempat lain ia tampil, West Side Comedy Club, mengatakan bahwa mereka terancam mendapat ulasan buruk setelah pihak-pihak yang tersinggung negara terkait dan keluarga korban MH370 mendapati bahwa Chia pernah tampil di sana.
"Anda bisa lolos [di atas panggung] dengan mengatakan hal-hal yang agak keterlaluan," kata pemilik Comedy Cellar, Noam Dworman, kepada New York Times. "Anda tidak dapat menempatkan momen yang sama ke dalam layar kecil yang Anda tonton sambil minum kopi di pagi hari."
Pihak Singapura juga menolak dikaitkan dengan apa yang dilakukan Chia. Pihak Singapura bahkan tidak membenarkan apa yang dilakukan komedian asal Amerika keturunan Singapura ini.
"Pemerintah Singapura tidak membenarkan kata-kata atau tindakan yang menyebabkan kerugian atau menyakiti orang lain dan Chia," kata Vanu Gopala Menon, Komisioner Tinggi Singapura untuk Malaysia, dalam sebuah pernyataan.
"[Chia] sama sekali tidak mencerminkan pandangan kami. Saya dengan tulus meminta maaf kepada semua warga Malaysia atas pernyataannya yang menyakitkan," tegasnya.
Malaysia Airlines Penerbangan MH370 sedang dalam perjalanan dari Kuala Lumpur ke Beijing, Tiongkok, pada bulan Maret 2014 ketika pesawat tersebut menghilang dengan 239 penumpang di dalamnya. Pesawat tersebut lenyap tanpa jejak dan tetap menjadi salah satu misteri terbesar dalam sejarah penerbangan.