Kamis 15 Jun 2023 00:35 WIB

Knowledge Well, Perangkat Lunak Israel yang Beri Informasi Real Time Serangan Palestina

Knowledge Well memberi informasi real time soal waktu dan jangkauan roket Palestina

Rep: Lintar Satria/ Red: Esthi Maharani
Israel menggunakan bot atau robot perangkat lunak yang dinamakan
Foto: EPA-EFE/MOHAMMED SABER
Israel menggunakan bot atau robot perangkat lunak yang dinamakan "Knowledge Well" dalam perang kecil di Gaza

REPUBLIKA.CO.ID, RAMAT GAN -- Komandan-komandan militer Israel menggunakan bot atau robot perangkat lunak yang dinamakan "Knowledge Well" dalam perang kecil di Gaza bulan lalu. Teknologi ini memberi militer Israel informasi real-time waktu, jangkauan dan tingkat roket yang ditembakan dari Palestina.  

Kepala Unit Operasi Data dan Aplikasi mililiter Israel Kolonel El Birenbaum berencana menggunakan kecerdasan buatan untuk memprediksi salvo roket.

"Ini lompatan menarik yang akan datang, saya ingin berada di tempat terbaik saya bisa menggunakan informasi untuk memberi pasukan kami di lapangan dengan fungsionalitas," katanya, Selasa (13/6/2023).

Birenbaum mengatakan pada 2028 sekitar setengah dari pakar teknologi Israel akan fokus pada kecerdasan artifisial. Sebagai bagian dari perubahan sejak ia memimpin pengembangan platform mesin-pembelajar pada tahun 2016 lalu. Awalnya kecerdasan buatan ini untuk mengidentifikasi peretasan.

Birenbaum menambahkan saat ini "sebanyak ratusan" personel yang mencakup sekitar 20 persen pakar teknologi militer Israel menangani proyek-proyek yang berkaitan dengan kecerdasan artifisial. Ia yakni lima tahun ke depan jumlahnya akan mencapai ribuan.

Ia mendapat dukungan pemerintah. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menaikan anggaran pertahanan dan berjanji menjadikan Israel sebagai "garda depan" kecerdasan buatan.

Namun terdapat hambatan dalam tenaga kerja: dengan menghilangkan peran-peran koding tingkat rendah, teknologi kecerdasan buatan menuntut pekerja menjalani pelatihan ekstensif.

"(Menciptakan data saintis dari nol) artinya memberitahu anak 18 tahun:' Dengar ini masa depan kamu, kamu harus berkomitmen mendapatkan gelar sarjana, gelar S2, dan enam tahun pengabdian militer," kata Birenbaum di markasnya dekat Tel Aviv.

Ruangan itu penuh dengan komputer di mana para tentara melihat layar dengan tenang. Sementara bunyi pendingin peladen menjadi suara latar mereka.

Selama wajib militer yang dua tahun untuk perempuan dan 32 bulan untuk laki-laki, pakar teknologi mendapatkan 335 dolar AS per bulan. Birenbaum mengatakan beberapa tahun pertama masa dinas mereka akan naik menjadi sekitar 2.300 dolar AS. Masih dibawah gaji pekerjaan sipil untuk pekerjaan yang sama yang sebesar 8.400 dolar AS.

"Bukan rahasia saya tidak bisa bersaing dengan gaji di Google atau Facebook, apa yang bisa saya tawarkan? Kebermaknaan," kata Birenbaum.

"Kami tidak memperbaiki sejumlah tombol di program, kami memecahkan masalah tingkat nasional, ini bukan menemukan jarum di sebuah satu tumpukan jerami tapi delapan,80, 8.000 jerami, yang bertumpuk-tumpuk," katanya.

Militer di seluruh dunia sedang mempertimbangkan konsekuensi moral dalam perlombaan senjata kecerdasan artifisial. Menurut Birenbaum, target Israel mengakuisisi bukan menghasilkan automated target-destruction atau sistem tembak otomatis.

"Di masa yang akan datang, akan selalu ada orang di dalam lingkaran," katanya.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement