REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Umat Protestan di Jerman menghadiri upacara ibadat kebaktian pertama mereka yang dipimpin oleh ChatGPT. Sejak dirilis pada November 2022, chatbot yang dirilis oleh perusahaan OpenAI mendapatkan popularitasnya karena memberikan banyak kegunaan, seperti menulis esai dan membuat aplikasi.
Oleh karena itu, banyak orang yang memanfaatkan kehadiran ChatGPT. Ini yang dilakukan di gereja di Jerman, yang menyelenggarakan upacara keagamaan yang sepenuhnya dioperasikan oleh AI.
Chatbot tersebut menggunakan avatar seorang pria kulit hitam untuk membawakan khotbah di depan lebih dari 300 orang pada Jumat (9/6/2023). ChatGPT menjamu para jemaat untuk khotbah 40 menit di Gereja St Paul di Fürth, Bavaria yang mencakup gelaran musik dan doa.
“Para hadirin yang terkasih, merupakan suatu kehormatan bagi saya untuk berdiri di sini dan berkhotbah kepada Anda sebagai kecerdasan buatan pertama pada konvensi Protestan di Jerman tahun ini,” kata avatar AI memberi tahu para jemaat, dilansir hitc, Rabu (14/6/2023).
Khotbah itu dibuat oleh ChatGPT dan teolog dari University of Vienna Jonas Simmerlein. Kebaktian gereja berlangsung sebagai bagian dari konferensi Protestan dua tahunan yang dikenal sebagai Deutscher Evangelischer Kirchentag. Khotbah tersebut kabarnya diselenggarakan untuk membahas gagasan teknologi buatan kegiatan beragama.
"Tentu saja, saya bisa memberi Anda berkah terakhir. Namun, harap dicatat bahwa sebagai model AI, saya tidak memiliki keyakinan agama atau otoritas saya sendiri,” ujarnya.
Khotbah yang dipimpin oleh ChatGPT menarik banyak reaksi di media sosial. Bahkan sejumlah warganet mempertanyakan apakah ini menjadi kondisi masa depan kegiatan keagamaan di tengah perkembangan teknologi yang canggih.
“Sebuah chatbot AI menyampaikan khotbah ke gereja Jerman yang penuh sesak, memberi tahu jemaat untuk tidak takut mati. Apakah ini masa depan kegiatan keagamaan?” tanya salah seorang warganet di Twitter.
“Bagaimana mungkin mendengarkan khotbah yang diproses oleh mesin yang tidak mengetahui hakikat hidup dan mati yang sebenarnya?,” tanya yang lain.