REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Komite Neuropediatrik Perhimpunan Spesialis Bedah Saraf Indonesia (Perspebsi), Mirna Sobana, menyebutkan, kasus-kasus bedah saraf pada anak belum begitu dikenal di fasilitas kesehatan pertama. Untuk itu, pihaknya ingin memberikan edukasi baik kepada dokter bedah saraf maupun dokter lainnya mengenai hal itu melalui International Society for Pediatric Neurosurgery (ISPN) Educational Course 2023 yang digelar di Universitas Yarsi.
“Kasus-kasus bedah saraf ini belum terlalu dikenal, ada beberapa pasien yang di first line-nya, di dokter umum, dokter anak, belum mengenal ini. Jadi kita harus membuat edukasi bukan hanya untuk dokter bedah saraf saja,” ujar Mirna di Universitas Yarsi, Jakarta, Sabtu (17/6/2023).
Dia menjelaskan, bedah saraf anak di Indonesia baru memiliki 21 konsultan sub spesialis dan sembilan fellowship. Jumlah tersebut dia sebut termasuk sedikit jika dibandingkan dengan jumlah dokter spesialis bedah saraf di Indonesia yang mencapai 450 orang. Karena itu, lewat seminar internasional itu pihaknya ingin mengajak mereka untuk belajar bersama.
“Kami mengajak banyak bedah saraf para spesialis itu kita mengenali kasus beda saraf anak dan misalnya mau jadi fellow kita belajar bersama,” jelas dia.
Mirna mengatakan, jika para dokter di lini pertama tidak mengetahui tentang bedah saraf, maka itu dapat mengancam fungsi saraf hingga menyebabkan kematian pada anak. Atas dasar itu pula pihanya berupaya memberikan edukasi secara menyeluruh, di mana mereka diperkenalkan dengan kasus-kasus bedah saraf.
“Jadi kita ingin memperkenalkan kasus-kasus bedah saraf ini supaya bisa mengenali dengan baik dan penanganan bisa dilakukan dengan cepat dan tepat. Makanya kita datangkan guru-guru dari luar negeri yang memang kompeten dan ilmu di beda saraf ini dinamis, semua harus update karena kalau tidak di-update ketinggalan zaman,” tutur dia.
Hal senada juga disampaikan oleh Course Coordinator ISPN Educational Course 2023, Astri Avianti. Dia menyampaikan, sebenarnya untuk memberikan edukasi secara terus menerus terkait bedah saraf anak itu bisa dilakukan di mana saja. Tapi, pihaknya mencoba memanfaatkan momentum Indonesia menjadi tuan rumah ISPN Educational Course 2023.
“Kita coba istilahnya konsultasi sama petinggi-petinggi di ISPN itu bahwa Indonesia membutuhkan lagi. Lalu, kami di komite berembuk dan alhamdulillah Yarsi saya perjuangkan karena dengan fasilitas yang dipunyai saya rasa mumpuni untuk kegiatan internasional,” jelas dia.
ISPN Educational Course 2023 adalah acara Course yang diselenggarakan oleh ISPN pusat. Education commitee yang memilih dimana tempat course akan berlangsung dan Indonesia terpilih untuk menyelenggarakannya pada bulan juni tanggal 16-18 Juni 2023 di RS dan FK Yarsi Jakarta.
Rangkaian acara dimulai dengan lecture dan workshop intraventricular di RS Yarsi diikuti oleh 25 dokter bedah saraf, empat observer, lima instruktur lokal dan lima instruktur internasional. Kegiatan symposium dilakukan tgl 17 dan 18 Juni di Auditorium Universitas Yarsi. Untuk simposium akan diikuti oleh 100 orang peserta yang terdiri dari 40 dokter bedah saraf, 35 dokter umum, enam mahasiswa kedokteran, 10 dokter specialis lainnya, dan empat perawat.
Kegiatan kali ini berbeda dengan yang pernah ada karena diisi juga dengan kegiatan workshop. Hal itu dapat mempermudah para dokter bedah saraf muda di Indonesia untuk mengikuti kegiatan basic workshop tanpa harus pergi ke luar negeri dan tentunya dengan Instruktur kelas dunia.