Ahad 18 Jun 2023 16:06 WIB

BPOM Setujui Obat Terapi Kanker Payudara Stadium Awal

Pasien kanker payudara tak perlu lagi terapi ke luar negeri.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Natalia Endah Hapsari
Dengan diberikan izin oleh BPOM maka dokter sekarang boleh meresepkan obat iAbemaciclib untuk pasien kanker payudara stadium awal /ilustrasi
Foto: www.freepik.com
Dengan diberikan izin oleh BPOM maka dokter sekarang boleh meresepkan obat iAbemaciclib untuk pasien kanker payudara stadium awal /ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Badan Pengawas Obat Dan Makanan (BPOM) menyetujui Abemaciclib yang merupakan obat untuk terapi pasien dengan HR+ HER2- kanker payudara stadium awal dengan risiko tinggi. Dengan disetujuinya terapi ini, diharapkan pasien lebih memilih berobat di dalam negeri.

Ketua Perhimpunan Hematologi Onkologi Medik Penyakit Dalam Indonesia (PERHOMPEDIN), dr. TB Djumhana Atmakusuma mengatakan, dengan diberikan izin oleh BPOM maka dokter sekarang boleh meresepkan obat ini untuk pasien kanker stadium awal dengan HR+ HER2-. “Selama ini tidak ada obat yang untuk HR+ HER2-. Selama ini obatnya hormonal terapi atau pada keadaan tertentu kemoterapi,” katanya di Jakarta, Sabtu (17/6/2023).

Baca Juga

Dengan terapi ini juga diharapkan kekambuhan dari sel kanker akan lebih kecil. Menurutnya, kanker bisa kembali kambuh, bisa dalam hitungan tahun. Selain itu, dengan tambahan opsi terapi ini, diharapkan pasien di Indonesia tidak perlu berobat ke luar negeri. "Di Indonesia saja pengobatan sudah bisa. Tidak usah ke luar negeri,” katanya

Abemaciclib adalah pengobatan bertarget yang dikenal sebagai penghambat Cyclin-dependent kinase (CDK) 4/6. Bentuk Abemaciclib berupa tablet oral non-kemoterapi.

Berdasarkan studi praklinis, Abemaciclib bekerja langsung di dalam sel untuk memblokir aktivitas CDK4/6 dan membantu menghentikan pertumbuhan sel kanker dan menyebabkan sel kanker akan mati. Pada sel kanker payudara dengan estrogen receptor positive(ER+), cyclin D1 dan CDK4/6 mendorong fosforilasi protein retinoblastoma (Rb), perkembangan siklus sel, dan proliferasi sel.

Ahli hematologi lainnya, Prof Dr dr Ary Harryanto Sp.PD-KHOM menuturkan jika kanker diterapi dengan benar maka pengobatannya tidak perlu ke luar negeri. Sejauh ini menurut pengalamannya, pasien kanker yang meninggal karena metastase atau penyebaran itu sebesar 35 persen saja. "Yang banyak itu karena kardiovaskular, mudah infeksi, atau penyakit lain seperti diabetes,” katanya.

Untuk itu dalam pengobatan kanker harus holistik. Artinya harus dilihat secara keseluruhan baik kondisi stadiumnya, fungsi organ, hingga penyakit lain yang diderita.

Yang terpenting adalah deteksi dini. “Untuk kanker payudara ingat ada SADARI (periksa payudara sendiri). Lalu bisa mamografi meski alatnya belum tersebar,” katanya.

COO ZP Therapeutics Aylie Wijaya mengatakan, ini baru pertama kali BPOM menyetujui obat yang untuk stadium awal kanker payudara. Tertuma untuk yang jenis HR+ HER2-. “Kami berharap dengan ini bisa memberikan pilihan terapi oleh dokter di Indonesia untuk pasien yang lebih luas,” ucap Aylie.

HR adalah singkatan dari reseptor hormon. HR+ berarti sel tumor memiliki reseptor untuk hormon estrogen atau progesteron, yang dapat mendorong pertumbuhan tumor HR+. HER2 adalah singkatan dari reseptor faktor pertumbuhan epidermal manusia2. HER2+ berarti sel tumor memproduksi protein yang disebut HER2/neu dalam kadar tinggi, yang telah terbukti terkait dengan jenis kanker payudara agresif tertentu.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement