REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Ada sesuatu yang menarik ketika mengunjungi Malang Creative Center (MCC) Kota Malang mulai Senin hingga Selasa (19-20/6/2023). Pasalnya, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Malang mengadakan Pameran Inovasi Pengelolaan Lingkungan Hidup dalam rangka memperingati Hari Lingkungan Hidup Dunia pada 5 Juni lalu.
Kepala DLH Kota Malang Noer Rahman Wijaya mengungkapkan, ada 28 tenant yang ikut memeriahkan pameran. Mereka terdiri atas kader 3R (reduce, reuse, recycle), Proklim (Program Kampung Iklim), Sekolah Adiwiyata, Eco Pesantren, dan beberapa pegiat lingkungan lainnya. "Mereka memperlihatkan semua hasil produknya," kata pria disapa Rahman tersebut saat ditemui Republika di MCC Kota Malang, Senin (19/6/2023).
Tidak hanya pameran, DLH juga mengadakan lokakarya inovasi pengelolaan lingkungan hidup. Kegiatan edukasi ini ditunjukkan tidak hanya para pelajar tetapi juga masyarakat umum lainnya.
Dengan adanya kegiatan-kegiatan tersebut, Rahman berharap semua masyarakat dapat mengerti dan memahami konsep daur ulang. Kemudian pemahaman tersebut dapat dijalankan saat memilah sampah sebelum sampai ke TPS atau TPA.
Ia yakin pengetahuan yang diperoleh dapat berguna untuk masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. SMP Negeri (SMPN) 11 Kota Malang termasuk salah satu peserta yang mendirikan tenant di kegiatan ini. Pengolahan sampah popok bayi menjadi produk yang mereka tampilkan di pameran.
Perwakilan SMPN 11 Kota Malang Dian Pratama Putri mengungkapkan, ide pembuatan produk ini dilatarbelakangi oleh masalah sampah popok bayi yang cukup banyak di masyarakat. Berkat masukan dari guru dan wali murid, sekolahnya mampu mengubah sampah tersebut menjadi pot tanaman.
Menurut Dian, popok-popok bayi diperoleh melalui sumbangan masyarakat sekitar. Setelah menerima popok-popok itu, sekolahnya mulai membersihkan sampah tersebut. Hal ini ditujukan agar tidak ada bau atau kotoran yang menempel di popok.
Setelah itu, popok dikeringkan dan ditempelkan di pot yang sudah disediakan. "Yang sudah jadi potnya, yang warna hitam," ujar perempuan berhijab ini.
Selanjutnya, pot popok dicelupkan ke semen untuk kemudian dikeringkan. Lalu bagian bawah pot popok dilubangi guna memperlancar proses pertumbuhan tanaman nantinya. Langkah terakhir, yakni proses pengecatan dengan memilih warna sesuai keinginan masing-masing.
Dian memastikan produk pot popok dari sekolahnya tidak untuk diperjualbelikan. Sejauh ini, kata dia, produk-produk tersebut hanya untuk koleksi di sekolah sendiri.
Selain pot berbahan popok, ada pula produk pakaian dan tas yang mengambil dari sampah plastik. Kemudian ada pula tenant yang menyajikan budi daya maggot guna mengurangi sampah organik.
Lalu terdapat tenant yang menampilkan cara mengolah sampah botol plastik menjadi sesuatu yang berguna dan sebagainya.