REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Dinas Kesehatan (Dinkes) DIY mencatat penyakit leptospirosis sudah mencapai ratusan kasus di wilayah setempat. Setidaknya, sudah tercatat 263 kasus di DIY selama 2023 hingga Juni ini.
Kepala Bidang Pengendalian Penyakit Dinkes DIY Setyarini Hestu Lestari mengatakan, ratusan kasus leptospirosis tersebut tersebar di seluruh kabupaten/kota se-DIY. Kasus terbesar dilaporkan di Kabupaten Bantul, yakni mencapai 110 kasus.
"Di Kota Yogyakarta tercatat 19 kasus, di Kabupaten Kulonprogo 36 kasus, di Kabupaten Gunungkidul 56 kasus, dan di Sleman 42 kasus," kata Setyarini kepada Republika.co.id, Selasa (20/6/2023).
Dari total angka leptospirosis tersebut, pihaknya juga mencatat 20 kasus meninggal dunia. Dengan rincian enam kasus meninggal dunia di Bantul, delapan kasus meninggal dunia di Kulonprogo, dua kasus meninggal dunia di Gunungkidul, dan empat kasus meninggal dunia di Sleman.
"Di Kota Yogyakarta dilaporkan nihil kasus leptospirosis meninggal dunia," ujarnya. Leptospirosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri leptospira. Bakteri tersebut dapat menyebar melalui urine atau darah hewan yang terinfeksi bakteri ini, salah satunya tikus sebagai reservoir.
Mengingat sudah banyaknya ditemukan kasus leptospirosis maupun yang meninggal dunia, masyarakat diharapkan mewaspadai penyakit ini. Kepala Dinkes DIY Pembajun Setyaningastutie juga meminta masyarakat mengenali gejala-gejala dari penyakit ini.
Jika ditemukan gejala yang mirip dengan leptospirosis, masyarakat diminta segera memeriksakan diri ke fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) terdekat agar segera mendapatkan penanganan medis.
Dijelaskan, untuk kasus yang baru dinyatakan suspek, akan disertai dengan gejala demam akut dengan atau tanpa sakit kepala yang disertai nyeri otot.
"Harus diwaspadai juga gejala malaise dan atau conjunctival suffusion serta ada riwayat terpapar lingkungan yang terkontaminasi leptospirosis dalam dua minggu sebelumnya," kata Pembajun.
Sementara untuk kasus yang sudah dinyatakan probable, yakni kasus suspek dengan disertai minimal dua gejala dari beberapa gejala yang ada. Mulai dari nyeri betis, batuk dengan atau tanpa darah, sesak nafas, ikterik, manifestasi pendarahan, anuria-oliguria, aritmia jantung, dan ruam kulit.
"Selain itu, kasus probable yakni dari kasus suspek dengan hasil RDT leptospirosis positif, dan atau disertai trombositopenia, leukositosis, proteinuria, dan atau hematuria, peningkatan bilirubin dan peningkatan amylase/CPK," ujar dia.
Sementara, untuk kasus yang terkonfirmasi positif leptospirosis yakni didapat dari kasus suspek atau probable yang disertai hasil PCR positif. Pencegahan terhadap penyakit ini juga penting dilakukan, khususnya mereka yang berisiko dan memiliki aktivitas kontak dengan bakteri leptospira.
Pencegahan yang dapat dilakukan seperti mencegah makanan dari urine tikus, menjaga kebersihan lingkungan, memberantas tikus sebagai reservoir. Juga dapat dilakukan pencegahan dengan merawat dan menutup luka secara benar, terutama di bagian kaki.
"Tidak bermain atau berenang di air kotor, terutama pada anak-anak, mengeringkan tempat yang tergenang air dan melindungi dari kontak terkontaminasi urine binatang reservoir," ujarnya.
Bagi masyarakat yang bekerja atau beraktivitas di area yang berisiko menularkan bakteri leptospira, diminta menggunakan pakaian pelindung, sarung tangan, sepatu bot, dan pelindung mata. Begitu pun dengan menutup luka dengan plester tahan air, terutama sebelum kontak dengan air di alam bebas.
Tidak hanya itu, menghindari kontak langsung dengan air yang terkontaminasi, seperti berenang atau berendam juga harus dilakukan agar tidak terinfeksi bakteri tersebut. Termasuk dengan mengonsumsi air minum yang sudah terjamin kebersihannya.
"Cuci tangan setiap sebelum makan dan setelah melakukan kontak dengan hewan, menjaga kebersihan lingkungan dan memastikan lingkungan rumah bebas dari tikus, serta melakukan vaksinasi hewan peliharaan atau ternak," ujar Pembajun.
Ia juga menerangkan beberapa profesi yang berpotensi terinfeksi bakteri leptospira dan diharapkan untuk lebih waspada. Mulai mulai dari petani, berkebun, militer hingga pekerja tambang yang berkaitan dengan air berisiko terkontaminasi dengan bakteri leptospira. Pekerjaan yang berhubungan dengan sampah juga berisiko tinggi mendapatkan penyakit ini.