Rabu 21 Jun 2023 16:33 WIB

Dekan FEB UI: Kondisi Ekonomi Indonesia Miliki Resiliensi Tinggi

Pertumbuhan ekonomi di kuartal I 2023 sebesar 5,03 persen.

Red: Lida Puspaningtyas
 Wisman berjalan-jalan di pantai Kuta, Bali, Senin (22/5/2023). Kondisi ekonomi Indonesia dinilai memiliki resiliensi yang tinggi.
Foto: EPA-EFE/MADE NAGI
Wisman berjalan-jalan di pantai Kuta, Bali, Senin (22/5/2023). Kondisi ekonomi Indonesia dinilai memiliki resiliensi yang tinggi.

REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia (UI) Teguh Dartanto mengatakan kondisi ekonomi Indonesia dinilai memiliki resiliensi yang tinggi sehingga target pertumbuhan yang ditetapkan pemerintah tahun ini optimistis tercapai.

"Beberapa tahun terakhir tantangan ekonomi begitu besar. Seperti krisis akibat pandemi Covid-19 hingga ancaman resesi global. Namun dia menilai ekonomi Indonesia relatif resilien," kata Teguh di Kampus UI Depok, Rabu (21/6/2023).

Teguh mengatakan artinya dampaknya ekonomi ada, tapi nggak begitu besar dan masih bisa termitigasi dengan baik. Dalam konteks itu menurut saya tahun ini juga kondisinya hampir sama.

"Indonesia saya yakin relatif resilien terhadap berbagai guncangan. Karena memang kita kebijakan prudensialnya cukup bagus terkait dengan kebijakan makro," ujarnya optimistis.

Sementara itu pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi di kisaran 4,5 persen-5,3 persen tahun ini. Adapun Badan Pusat Statistik (BPS) merilis pertumbuhan ekonomi di kuartal I 2023 sebesar 5,03 persen.

Capaian itu sedikit lebih tinggi dari periode yang sama tahun lalu yang mencapai 5,01 persen. Teguh menyebut kisaran angka lima persen adalah target moderat yang optimistis tercapai, karena tingkat resiliensi perekonomian domestik tersebut.

Di sisi lain, Teguh menekankan yang mungkin perlu diwaspadai adalah tantangan dari dalam negeri menjelang tahun politik 2024. Selain itu, dalam memitigasi risiko pemerintah pun tetap dapat memanfaatkan peluang ekonomi di tengah tahun politik, yakni dengan memacu sektor-sektor potensial.

Teguh mencontohkan, seperti industri tekstil. Industri tersebut dinilainya mengalami penurunan permintaan dari luar negeri karena dampak resesi global. Namun peluang besar ada di dalam negeri karena momentum pemilu.

Pemilu bisa menjadi booster karena permintaan kaos dan atribut kampanye sangat masif pada periode tersebut. Penelitian pihaknya menunjukkan bahwa pemilu memiliki dampak ekonomi yang cukup signifikan terutama di industri tekstil. Kemudian adalah sektor perhotelan, restoran dan transportasi akan cukup banyak mendapatkan limpahan rezeki dari kampanye.

"Tiga sektor itu menurut saya akan menjadi engine di tahun 2023 dan 2024. Karena 2023 persiapan, 2024 ini panjang pemilunya, itu uang beredar banyak sekali," ujarnya.

Tidak kalah penting, Teguh menilai sektor pendidikan juga perlu ditingkatkan. Ia memaparkan, Indonesia memerlukan quality education for all atau kesempatan merata bagi seluruh lapisan masyarakat untuk mengenyam pendidikan berkualitas.

Pasalnya, peningkatan kualitas pendidikan berdampak positif pada terciptanya Sumber Daya Manusia (SDM) yang mumpuni. Pada jangka panjang, kualitas SDM yang semakin maju pun akan menggenjot laju pertumbuhan ekonomi secara signifikan dan berkelanjutan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement