Rabu 21 Jun 2023 17:02 WIB

Gaza Krisis Ekonomi, Warga Pilih Hewan Kurban Lebih Kecil

Hewan ternak didatangkan dari Israel dan Mesir.

Warga Palestina menikmati pantai di sepanjang Laut Mediterania selama liburan Jumat mereka di Beit Lahia, Jalur Gaza utara, Jumat, 22 Juli 2022.
Foto: AP Photo/Hatem Moussa
Warga Palestina menikmati pantai di sepanjang Laut Mediterania selama liburan Jumat mereka di Beit Lahia, Jalur Gaza utara, Jumat, 22 Juli 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, JALUR GAZA – Sepekan menjelang perayaan Idul Adha, muncul kekhawatiran peternak dan penjual hewan kurban di Gaza, Palestina. Mereka takut krisis ekonomi akibat blokade Israel 16 tahun ini membuat warga tak bisa berkurban sebab tak mampu membeli hewan kurban. 

‘’Peternak dan penjual hewan kurban takut warga Palestina di Gaza tak bisa berkuban karena tak mampu membeli hewan kurban dengan harga tinggi,’’ demikian dilaporkan laman berita Middle East Monitor, Rabu (21/6/2023).

Untuk mengimbangi kondisi ekonomi Gaza yang memburuk, peternak menurunkan harga hewan kurban yang mereka jual. Padahal harga pakan terus naik, dari 1.600 shekel (444 dolar AS) menjadi 2.300 shekel (638 dolar AS) per ton. 

Hewan ternak yang masuk ke Gaza berasal dari Israel dan Mesir, yang sebagian besar memiliki badan besar dan berat timbangannya. Dengan kondisi hewan kurban yang besar maka harga yang harus dibayar juga akan lebih mahal. 

Maka, warga yang kebanyakan memiliki dana terbatas mencari hewan kurban yang lebih kecil. Dengan demikian ini sesuai dengan anggaran terbatas yang mereka miliki. Menurut laporan Bank Dunia 2021, Gaza hanya berkontribusi 18 persen ke total ekonomi Palestina. 

Angka ini setengah dari kontribusi yang berlangsung 30 tahun lalu. Industri di Gaza juga mengalami kematina. Angka pengangguran mencapai 45 persen dan tingkat kemiskinan mencapai hampir 50 persen. Gaza bergantung pada transfer uang dari luar.

‘’Warga Gaza menghadapi keterbatasan pasokan air dan listrik, trauma psikologis akibat konflik, dan gerak yang terbatas,’’ demikian laporan Bank Dunia yang dikutip laman berita Aljazirah. 

Jamal Al-Khudari, anggota parlemen Palestina yang mengetuai Popular Committee Against the Blockade, statistik ekonomi Gaza menggambarkan krisis ekonomi di wilayah ini. ‘’Angka yang mengejutkan dan berbahaya.’’

Ia mengatakan, perlu campur tangan internasional. Pertama, blokade terhadap Gaza sepenuhnya dihentikan. Kedua, mesti ada dukungan mengatasi situasi kemanusiaan yang tragis ini. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement