Rabu 21 Jun 2023 21:29 WIB

KMJT Ajak Petani Blitar Mandiri dengan Sistem Pertanian Terpadu

Diadakan praktik cara membuat silase dari rumput gajah dan pupuk kompos dari kotoran.

Praktik cara membuat silase dari rumput gajah dan pupuk kompos dari kotoran kambing.
Foto: Dok. Web
Praktik cara membuat silase dari rumput gajah dan pupuk kompos dari kotoran kambing.

REPUBLIKA.CO.ID, BLITAR -- KMJT mengajak petani di Blitar makin mandiri dengan metode sistem pertanian terpadu. Hal itu disampaikan Korwil Kiai Muda Jatim, KH Ali Baidlowi dalam workshop yang diselenggarakan di Pondok Pesantren Al Khusuk Tugurejo, Kecamatan Wates, Kabupaten Blitar, Jawa Timur pada Selasa (20/6/2023). 

Melalui kegiatan itu diharapkan bisa mengedukasi warga sekitar yang mayoritas merupakan petani. Sehingga mereka bisa mengolah hasil pertanian agar bermanfaat bagi sektor perikanan dan peternakan, begitu juga sebaliknya. 

Baca Juga

"Tujuan kami yang pertama agar mereka mengetahui, yang kedua mereka bisa melakukan apa yang diajarkan mulai dari awal sampai akhir," ujar Ali. 

"Dari ternak untuk ternak, ke petani yang dimakan manusia, dan kembali lagi ke ternak lagi. Mereka bisa memanfaatkan itu, bisa menjadi petani yang mandiri tidak bergantung pada pupuk kimia," lanjut dia. 

 

Pada kesempatan itu, dilakukan praktik cara membuat silase dari rumput gajah dan pupuk kompos dari kotoran kambing. Adapun silase merupakan makanan ternak yang memiliki kadar air tinggi, diolah melalui proses fermentasi dengan bantuan jasad renik. 

Dengan metode pengolahan pertanian terpadu ini diharapkan bisa menghemat waktu, tenaga, dan biaya petani. Namun tetap memperoleh hasil pertanian, peternakan, maupun perikanan yang maksimal bahkan lebih berkualitas. 

"Kami menginisiasi atas permintaan warga sendiri agar ada semacam pertanian terpadu antara peternakan, pertanian, dan perikanan yang mana mereka bisa memanfaatkan dari alam sekitar untuk kesejahteraan mereka melalui pelatihan ini," kata Ali. 

Ali menuturkan, pelatihan ini sangat bermanfaat bagi warga lantaran wilayah Blitar atau perbatasan Malang Selatan itu masih terdapat banyak daerah rerumputan. Selain itu, lokasi permukimannya juga belum terlalu padat penduduk. 

"Mereka bisa membuat pakan ternak, menghemat waktu, dan juga memanfaatkan keberadaan kotoran-kotoran (ternak) tersebut menjadi magot atau pakan ternak yang lain," kata Ali. 

"Kami praktik silases (juga), bagaimana memfermentasi pakan ternak untuk jadi lebih awet, bisa bertahun-tahun bertahan, mereka tidak perlu cari pakan tiap hari," kata dia. 

Senada dengan Ali, salah seorang peserta bernama Ibnu Nuryansyah (24 tahun) juga menyebut bahwa acara yang digelar tersebut sangat bermanfaat dan menyenangkan. 

"Acaranya cukup seru menurut saya dan juga bermanfaat untuk kita semuanya karena kita mendapat ilmu baru dari segi pertanian peternakan. Semoga pada kesempatan selanjutnya ini hal positif yang bisa berlanjut ke depannya," ungkap Ibnu. Kegiatan itu juga sebagai bentuk sosialisasi sosok Ganjar Pranowo di wilayah setempat. 

Sebelumnya, di Desa Sumurgung, Kabupaten Tuban kelompok yang sama memberikan ilmu tentang budi daya ikan air tawar sebagai salah satu upaya menyejahterakan dan meningkatkan perekonomian masyarakat setempat.

Warga juga diberikan pengetahuan sekaligus penyuluhan berupa pelatihan dari tim riset asal asal salah satu universitas terkemuka di Malang.

“Kami menggelar kegiatan ini agar masyarakat tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk beternak ikan air tawar, seperti lele atau udang,” ujar Ali, demikian dilansir dari Antara

 

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement