Kamis 22 Jun 2023 05:59 WIB

Di Keraton Yogyakarta, Kaisar Jepang Disuguhi Setup Jambu Hingga Es Teler Cake

Keraton Yogyakarta juga memamerkan manuskrip bertajuk Serat Baratayuda.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Yusuf Assidiq
 Kaisar Jepang Naruhito disambut Raja Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan Hamengku Buwono X, GKR Hemas, dan keluarganya.
Foto: Dokumen
Kaisar Jepang Naruhito disambut Raja Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan Hamengku Buwono X, GKR Hemas, dan keluarganya.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Kaisar Jepang, Hironomiya Naruhito, disuguhi dengan berbagai makanan tradisional saat berkunjung ke Keraton Yogyakarta, Rabu (21/6/2023). Seperti setup jambu, sop ayam galantin, sate ayam jeruk nipis, udang bakar madu, dan es teler cake.

Kedatangan Naruhito disambut Raja Ngayogyakarta Hadiningrat, Sri Sultan Hamengku Buwono X, GKR Hemas dan keluarganya. Kedatangan Kaisar Jepang tersebut di Keraton Yogyakarta pukul 18.00 WIB hingga 19.50 WIB.

Kaisar Naruhito bersantap malam di Bangsal Manis Keraton Yogyakarta bersama dengan Sultan didampingi GKR Hemas dan keluarga. Sebelum menyantap hidangan, pihak Keraton Yogyakarta juga memamerkan manuskrip bertajuk Serat Baratayuda yang dibuat pada masa Sri Sultan Hamengku Buwono VII-VIII.

Serat ini bercerita tentang perang saudara Pandawa dan Kurawa, karena Kasultanan Yogyakarta bersendikan Islam, maka Pandawa melambangkan prinsip keislaman (rukun Islam), Kurawa melambangkan 100 dosa yang harus dilawan manusia. Dijelaskan, pada akhir peperangan Pandawa menang meski banyak korban jiwa.

Gambar pada manuskrip tersebut sama dengan tokoh yang ada dalam wayang kulit, sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama untuk pembuatannya. Selain itu, juga diperlukan konsentrasi dan keahlian dalam tata sungging wayang.

Dalam lawatannya di Keraton Yogyakarta, Kaisar Naruhito juga melihat pertunjukan display pertunjukan wayang kulit persembahan Kawedanan Kridhamardawa di Tratag Bangsal Kencana sisi selatan. Adapun pementasan Beksan Lawung Jajar di Tratag Bangsal Kencana juga menjadi sajian dalam lawatan Kaisar Jepang.

"Tarian di Keraton itu ada tingkatan-tingkatannya. Selain Bedhaya Beksan Lawung ini termasuk yang memiliki strata tertinggi. Beksan ciptaan Sri Sultan Hamengku Buwono I ini adalah salah satu tarian tertua yang dimiliki Keraton Yogyakarta," kata Penghageng Kawedanan Kridhamardawa KPH Notonegoro.

"Oleh karena itu, beksan ini kerap ditampilkan saat Keraton Yogyakarta menerima kepala-kepala negara sahabat, seperti halnya Kaisar Jepang," ungkapnya.

Beksan Lawung Ageng tersebut diciptakan oleh Sri Sultan Hamengku Buwono I (1755-1792) yang menggambarkan adu ketangkasan prajurit bertombak. Tarian ini menggambarkan suasana berlatih perang dan adu ketangkasan dalam bermain tombak.

Gerakan-gerakan dalam tarian ini mengandung unsur heroik, patriotik, dan berkarakter maskulin. Dialog yang digunakan dalam tarian merupakan campuran dari bahasa Madura, Melayu, dan Jawa. Dialog tersebut umumnya adalah perintah-perintah dalam satuan keprajuritan.

Seperti tari gaya Yogyakarta lainnya, Beksan Lawung Ageng juga mengandung falsafah hidup. Melalui tarian ini, Sri Sultan Hamengku Buwono I menanamkan nilai-nilai keberanian serta ketangkasan seorang prajurit keraton.

Selama lebih dari dua abad, tari ini telah menjadi sarana pembentukan karakter jiwa seorang ksatria melalui kedisiplinan berolah fisik dan berolah batin.

Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
قَدْ كَانَتْ لَكُمْ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِيْٓ اِبْرٰهِيْمَ وَالَّذِيْنَ مَعَهٗۚ اِذْ قَالُوْا لِقَوْمِهِمْ اِنَّا بُرَءٰۤؤُا مِنْكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ ۖ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَاۤءُ اَبَدًا حَتّٰى تُؤْمِنُوْا بِاللّٰهِ وَحْدَهٗٓ اِلَّا قَوْلَ اِبْرٰهِيْمَ لِاَبِيْهِ لَاَسْتَغْفِرَنَّ لَكَ وَمَآ اَمْلِكُ لَكَ مِنَ اللّٰهِ مِنْ شَيْءٍۗ رَبَّنَا عَلَيْكَ تَوَكَّلْنَا وَاِلَيْكَ اَنَبْنَا وَاِلَيْكَ الْمَصِيْرُ
Sungguh, telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengannya, ketika mereka berkata kepada kaumnya, “Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah, kami mengingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu ada permusuhan dan kebencian untuk selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja,” kecuali perkataan Ibrahim kepada ayahnya, ”Sungguh, aku akan memohonkan ampunan bagimu, namun aku sama sekali tidak dapat menolak (siksaan) Allah terhadapmu.” (Ibrahim berkata), “Ya Tuhan kami, hanya kepada Engkau kami bertawakal dan hanya kepada Engkau kami bertobat dan hanya kepada Engkaulah kami kembali,

(QS. Al-Mumtahanah ayat 4)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement