REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG — Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil berharap hewan qurban pada Idul Adha 2023 ini meningkat dibandingkan saat masa pandemi Covid-19. Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (DKPP) Provinsi Jabar mengerahkan ribuan petugas untuk memeriksa kondisi kesehatan hewan untuk kebutuhan qurban.
“Ada peningkatan hewan qurban dari tahun ke tahun, menandakan yang akil balig makin naik, yang mampu juga makin naik. Diperkirakan 261 ribu hewan qurban akan disembelih atas nama Allah SWT dalam rangka qurban Idul Adha,” kata Ridwan Kamil, seusai kegiatan pelepasan tim pemeriksa kesehatan hewan qurban di Gedung Pakuan, Kota Bandung, Jabar, Kamis (22/6/2023).
Ridwan Kamil melihat dua hal dari tingginya jumlah hewan untuk qurban. Pertama, ketaatan terhadap syariat agama. Hal lainnya terkait kondisi ekonomi.
“Seiring 21 Juni kemarin endemi dinyatakan Presiden, artinya situasi sudah normal. Monitoring ekonomi baik, maka daya beli masyarakat dalam membeli kambing, domba, kerbau, dan sapi juga meningkat,” ujar gubernur yang akrab disapa Emil itu.
Emil berharap jumlah hewan qurban meningkat setiap tahunnya. Untuk memastikan kesehatan dan kelayakan hewan untuk qurban tahun ini, kata dia, pemerintah provinsi (pemprov) menurunkan petugas.
Ihwal penyakit hewan ternak lumpy skin disease (LSD) ataupun penyakit mulut dan kuku (PMK), Emil mengatakan, pemerintah daerah sudah mengantisipasinya dengan pemeriksaan, pemberian obat-obatan gratis, juga vaksinasi hewan ternak.
“Pengalaman PMK luar biasa, sehingga menjadi pelajaran bagi penyakit bukan PMK pun. Metode pertahanan kita terhadap kesehatan hewan sudah sangat-sangat baik. Jadi, masyarakat jangan khawatir, pemerintah sudah satu langkah, dua langkah memastikan hewan sehat,” ujar Emil.
Di tempat yang sama, Kepala DKPP Provinsi Jabar M Arifin Soedjayana mengatakan, sekitar 4.000 petugas dalam tim pemeriksaan hewan qurban disebar ke 27 kabupaten/kota wilayah Jabar. “Mereka sudah seminggu ke belakang jalan (melakukan pemeriksaan),” kata dia.
Ihwal penyakit LSD, menurut Arifin, saat ini belum ada laporan kasus baru. Menurut dia, kasus terakhir dilaporkan pada akhir 2022. “Kita tindak lanjuti, di awal tahun sudah terkendali. Kalaupun ada pelaporan di sistem, itu yang telat,” katanya.
Sementara soal PMK, Arifin mengakui kasusnya masih ada karena dipengaruhi lalu lintas hewan ternak di Jabar. Namun, ia menilai, tingkat imun ternak terhadap penyakit tersebut sudah tinggi.