Senin 26 Jun 2023 13:05 WIB

Teknologi AI, Selamatkan Umat Manusia atau Justru Menghabisinya?

Kehadiran teknologi AI dinilai mengancam sejumlah profesi.

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Natalia Endah Hapsari
 Dunia akan dikuasai robot dan mesin dengan kehadiran teknologi kecerdasan buatan (AI) di seluruh lini pekerjaan.
Foto: UNM
Dunia akan dikuasai robot dan mesin dengan kehadiran teknologi kecerdasan buatan (AI) di seluruh lini pekerjaan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Dunia akan dikuasai robot dan mesin dengan kehadiran teknologi kecerdasan buatan (AI) di seluruh lini pekerjaan. Apakah AI akan menyelamatkan umat manusia atau justru menghabisinya? Ini bergantung pada siapa pertanyaan ini diajukan.

Namun, faktanya setiap pekan selalu ada perkembangan dan terobosan baru menyoal dunia AI. Melansir dari the Guardian, berikut ini adalah beberapa kisah yang muncul dalam beberapa hari terakhir, terkait ancaman AI pada dunia pekerjaan manusia.

Baca Juga

1. Komentator

Turnamen tenis Wimbledon mengungkapkan akan memperkenalkan komentator audio dan teks yang dihasilkan lewat AI, dalam highlight-nya tahun ini. All England Club telah bekerja sama dengan grup teknologi IBM untuk menyediakan sulih suara dan teks yang dibuat secara otomatis untuk rekamannya.

Dalam cabang olahraga lain, liputan turnamen BBC akan menggunakan suara tiruan dari komentator atletik Inggris, Hannah England, untuk liputan online Kejuaraan Atletik Eropa. AI generatif mengacu pada pembuatan teks dan gambar dari prompt manusia (ChatGPT dan Midjourney), tetapi suara juga menjadi perkembangan yang menonjol di bidang ini.

 

2. Seniman

Ketakutan atas ancaman eksistensial yang ditimbulkan oleh AI telah mengemuka dalam beberapa bulan terakhir, tetapi potensi dampaknya tidak selalu menyentuh semua pekerjaan. Sebuah perusahaan efek visual AS, pekan ini dipaksa menyatakan bahwa penggunaan AI dalam pembukaan serial Disney+, “Secret Invasion”, membuktikan tidak semua pekerjaan bisa diganti dengan AI.

Industri film telah menjadi sasaran untuk masalah pekerjaan terkait AI. Kekhawatiran atas penggunaan AI dalam penulisan naskah telah menjadi faktor pemogokan penulis skenario AS, sementara serikat seni dan media SAG-Aftra menuntut pagar pembatas untuk mereplikasi gambar dan suara aktor dalam produksi.

 

3. Jurnalis

Contoh lain tentang bagaimana AI pada akhirnya memengaruhi jurnalisme disorot ketika tabloid Bild Jerman, surat kabar dengan penjualan terbesar di Eropa, mengumumkan program pemotongan biaya 100 juta euro (Rp 1,6 triliun). “Sayangnya, kalian akan berpisah dengan kolega yang memiliki tugas di dunia digital, yang akan dilakukan oleh AI dan/atau proses otomatis,” kata penerbit tabloid Bild, Axel Springer, mengatakan dalam email kepada para staf.

Hal itu memperingatkan staf bahwa tabloid Bild akan membuat pemotongan editorial lebih lanjut karena adanya peluang AI. 

 

4. Desainer

Kemajuan dalam AI memang menarik, tetapi hal yang sama pentingnya untuk penyebaran teknologi adalah produksi. Bagaimana teknologi ini berubah dari teknologi yang menjanjikan, menjadi sebuah produk nyata, seperti FabricGenie, sebuah pengecer gorden. Cukup memasukkan preferensi desain dengan teks, gambar, atau sketsa, lalu perusahaan menjalankan generator gambar AI sederhana untuk mengeluarkan pola unik yang dapat dicetak ke gorden yang dipersonalisasi.

Cara itu tidak akan memenangkan penghargaan apa pun meskipun menggunakan teknologi mutakhir, tetapi itu adalah hal yang akan semakin umum di masyarakat selama beberapa tahun mendatang.

 

5. Pengacara

Pada Kamis lalu, seorang hakim AS memerintahkan dua pengacara dan firma hukum mereka untuk membayar denda 5.000 dolar AS (Rp 75,2 juta), setelah ChatGPT membuat kutipan palsu dalam pengajuan hukum.

Lalu seorang hakim distrik di Manhattan memerintahkan pengacara Steven Schwartz, Peter LoDuca, dan firma hukum mereka, Levidow & Oberman untuk membayar denda setelah mereka menggunakan penelitian hukum fiktif dalam klaim cedera penerbangan. Schwartz telah mengakui bahwa ChatGPT, yang tanggapannya tampak sangat masuk akal, telah menemukan enam kasus yang dia rujuk dalam ringkasan hukum dalam kasus melawan maskapai penerbangan Avianca.

 

Sektor pekerjaan hukum adalah kandidat utama yang bisa digantikan dengan AI generatif, tetapi dari kasus tersebut menimbulkan pertanyaan sejauh mana AI dapat menggantikan pekerjaan manusia?

Pemerintah Inggris menganggap serius peringatan tentang kecerdasan buatan dan keamanannya, sebelum Rishi Sunak menjadi tuan rumah pertemuan puncak global tentang keamanan AI di musim gugur.

Pekan lalu, seorang pengusaha teknologi telah memperingatkan tentang adanya perlombaan yang tidak terkendali demi mencapai ‘AI yang didewakan’, AI akan menjadi kepala penasihat lini pekerjaan manapun.

Ian Hogarth menulis pada April bahwa sejumlah kecil perusahaan bersaing untuk mencapai terobosan dalam superintelligence komputer, tanpa mengetahui ‘bagaimana mengejar tujuan mereka dengan aman’ dan ‘tanpa pengawasan’.

Ketakutan eksistensial tentang AI juga termasuk akan munculnya sistem yang menghindari campur tangan manusia, atau membuat keputusan yang menyimpang dari nilai moral manusia.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement