Selasa 27 Jun 2023 12:07 WIB

Setelah Insiden Titan, Penjaga Pantai AS akan Tingkatkan Keamanan Kapal Selam

Tim penyelidik akan mengeluarkan laporan untuk meningkatkan keamanan kapal selam

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Penyelidik dari AS, Kanada, Prancis, dan Inggris bekerja sama secara erat dalam penyelidikan kecelakaan kapal selam Titan
Foto: Satellite image ©2023 Maxar Technologies via
Penyelidik dari AS, Kanada, Prancis, dan Inggris bekerja sama secara erat dalam penyelidikan kecelakaan kapal selam Titan

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pejabat maritim Amerika Serikat (AS) mengatakan, mereka akan mengeluarkan laporan yang bertujuan untuk meningkatkan keamanan kapal selam di seluruh dunia. Langkah ini menyusul insiden kapal selam wisata Titanic yang mengalami implosion (delakan) karena tekanan besar di laut dalam dan menewaskan lima penumpangnya.

Penyelidik dari AS, Kanada, Prancis, dan Inggris bekerja sama secara erat dalam penyelidikan kecelakaan yang berlangsung pada 18 Juni di Atlantik Utara. Operasi penyelamatan dari dasar laut sedang berlangsung. Kepala penyelidik Penjaga Pantai AS, Kapten Jason Neubauer mengatakan, dia tidak memberikan batas waktu untuk penyelidikan. Neubauer mengatakan, laporan akhir akan dikeluarkan oleh Organisasi Maritim Internasional.

Baca Juga

“Tujuan utama saya adalah mencegah kejadian serupa dengan membuat rekomendasi yang diperlukan untuk memajukan keamanan domain maritim di seluruh dunia,” kata Neubauer.

Bukti-bukti sedang dikumpulkan di pelabuhan St. John's, Newfoundland, dan berkoordinasi dengan otoritas Kanada.

Kelima orang yang berada di kapal selam Titan tewas. Puing-puing dari kapal selam itu berserakan sekitar 12.500 kaki (3.810 meter) di bawah air, atau kira-kira 1.600 kaki (488 meter) dari bangkai kapal Titanic di dasar laut. Salah satu ahli yang telah berkonsultasi dengan Penjaga Pantai mengatakan, dia tidak yakin ada lagi bukti yang bisa ditemukan.

“Ini adalah pendapat profesional saya bahwa semua puing terletak di area yang sangat kecil dan semua puing telah ditemukan,” kata Carl Hartsfield, pensiunan kapten Angkatan Laut dan perwira kapal selam yang sekarang memimpin laboratorium di Lembaga Oseanografi Woods Hole yang merancang dan mengoperasikan kendaraan bawah air otonom.

Pencarian dilakukan di lingkungan laut yang kompleks yaitu pertemuan antara Gulf Stream dengan Labrador Current. Arus laut di area ini cukup menantang dan sulit diprediksi, sehingga dapat membuat pengendalian kendaraan bawah air menjadi lebih sulit.

Hartsfield mengatakan, berdasarkan data yang dia tinjau dan kinerja kendaraan jarak jauh sejauh ini, dia tidak mengharapkan arus menjadi masalah.  Menurutnya, puing-puing kapal selam Titan terletak di area yang padat dan tidak dekat dengan puing-puing bangkai Titanic.

Kapal selam Titan dimiliki dan dioperasikan oleh OceanGate Expeditions yang berbasis di AS. Tetapi kapal selam itu terdaftar di Bahama.  Sedangkan kapal induk Titan, Polar Prince, berasal dari Kanada. Kelima penumpang kapal selam Titan yang tewas berasal dari Inggris, Pakistan, Prancis, dan AS.

Bagian penting dari penyelidikan apa pun kemungkinan besar adalah Titan itu sendiri.  Kapal itu tidak terdaftar di AS maupun di badan internasional yang mengatur keselamatan kapal selam. Kapal selam Titan tidak diklasifikasikan oleh kelompok industri maritim yang menetapkan standar pada berbagai hal seperti konstruksi lambung kapal.

Penyelidikan juga diperumit oleh fakta bahwa dunia eksplorasi laut dalam tidak diatur dengan baik. Sebelumnya CEO OceanGate Stockton Rush, yang turut menjadi korban dalam kecelakaan kapal selam Titan mengatakan, peraturan dapat menghambat kemajuan.

Ketua Masyarakat Teknologi Kelautan, Will Kohnen mengatakan, dia berharap penyelidikan tersebut akan memacu reformasi.  Dia mencatat bahwa banyak Penjaga Pantai, termasuk di Amerika Serikat, memiliki peraturan untuk kapal selam turis tetapi tidak ada yang mengatur kedalaman laut yang ingin dicapai oleh Titan.  Organisasi Maritim Internasional, badan maritim PBB, memiliki aturan serupa untuk kapal selam turis di perairan internasional.  Masyarakat Teknologi Kelautan adalah kelompok internasional yang terdiri dari insinyur kelautan, teknolog, pembuat kebijakan, dan pendidik.

“Ini hanya masalah mendudukkan semua orang di meja dan membicarakannya,” kata Kohnen tentang mengubah aturan yang mewajibkan kapal selam untuk disertifikasi dan diperiksa, memberikan keadaan darurat dan rencana, serta membawa sistem pendukung kehidupan.

Penjaga Pantai AS dapat membuat rekomendasi kepada jaksa untuk mengejar sanksi perdata atau pidana dalam insiden kapal selam  Titan.  Pertanyaan tentang keselamatan kapal selam diajukan oleh mantan karyawan perusahaan maupun penumpang yang pernah melakukan ekspedisi bersama Titan. Sementara banyak pihak mempertanyakan, mengapa kapal induk Titan, Polar Prince harus menunggu beberapa jam untuk menghubungi petugas penyelamat setelah Titan kehilangan komunikasi.

Titan berangkat pada 18 Juni pukul 8 pagi dan dilaporkan menghilang pada sore hari sekitar 435 mil (700 kilometer) selatan St. John's.  Tim penyelamat bergegas membawa kapal, pesawat, dan peralatan lainnya ke daerah tersebut.  Secercah harapan yang tersisa untuk menemukan penumpang Titan dalam keadaan hidup sirna Kamis (22/6/2023) pagi, ketika Penjaga Pantai mengumumkan puing-puing kapal selam itu telah ditemukan di dekat Titanic.

Lima orang miliarder terkemuka menjadi korban tewas dalam insiden kapal selam Titan. Mereka antara lain miliarder asal Pakistan, Shahzada Dawood dan putranya Suleman Dawood;  seorang petualang Inggris, Hamish Harding;  dan ahli Titanic Paul-Henri Nargeolet. CEO OceanGate yang mengoperasikan Titan juga turut menjadi korban tewas.

sumber : AP
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement