Ahad 02 Jul 2023 13:53 WIB

KBRI Imbau WNI Waspada dan Hindari Lokasi Protes Prancis

Tercatat 2.560 titik kebakaran di area publik dan 1.350 kendaraan dibakar di Prancis

Rep: Fergi Nadira/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Kerusuhan terjadi di Prancis setelah remaja bernama Nahel ditembak mati oleh polisi pada Selasa (27/6/2023) di daerah pinggiran Paris, Nanterre, setelah dia melanggar undang-undang lalu lintas
Foto: AP
Kerusuhan terjadi di Prancis setelah remaja bernama Nahel ditembak mati oleh polisi pada Selasa (27/6/2023) di daerah pinggiran Paris, Nanterre, setelah dia melanggar undang-undang lalu lintas

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Gelombang protes yang berujung rusuh di Paris, Prancis, masih bergulir hingga Sabtu (1/7/2023) dini hari waktu setempat. Kedutaan Besar RI (KBRI) di Paris kemudian mengimbau warga negara Indonesia (WNI) yang tinggal di Prancis agar waspada dan menghindari titik-titik lokasi protes.

"Kerusuhan di Paris terus berlanjut. Aksi perusakan, penjarahan, dan penembakan terus terjadi di puluhan kota dan kotamadya di seluruh Perancis. Paris dan sekitarnya, Lyon, Strasbourg, Metz, Marseille dan lain-lain," tulis akun resmi Instagram KBRI Paris @indonesiainparis, dikutip Republika.co.id di Jakarta pada Ahad (2/7/2023).

Baca Juga

KBRI juga menyampaikan kabar terkini terkait kerusakan karena kerusuhan yang terjadi imbas kemarahan warga karena penembakan remaja oleh polisi. Tercatat 2.560 titik kebakaran di area publik dan 1.350 kendaraan dibakar.

Sekurangnya 234 gedung dirusak dan dibakar. Sebanyak 994 orang sejauh ini ditangkap dan 79 aparat keamanan terluka.

"WNI di Prancis agar tetap waspada dan terus pantau informasi melalui saluran resmi Pemerintah Perancis serta menghindari lokasi protes. Dalam kondisi darurat, nomor telepon perlindungan WNI dapat dihubungi di nomor +33621122109," demikian pernyataan KBRI Paris, Ahad (2/7/2023).

Kerusuhan dipicu oleh kematian seorang remaja 17 tahun ditembak polisi karena menolak penahanan di Nanterre pada 27 Juni 2023. Remaja tersebut diduga melanggar aturan lalu lintas dan dianggap membahayakan pengguna jalan lainnya.

Insiden ini menimbulkan kerusuhan dan aksi protes terhadap kekerasan polisi di berbagai kota di Prancis. Tak hanya di wilayah padat penduduk di pinggir kota, aksi protes lalu meluas ke penjarahan hingga tengah kota.

Hingga kini, Pemerintah Prancis mengambil langkah dengan menambah jumlah aparat keamanan. Prancis juga menghentikan lalu lintas bus dan trem way mulai pukul 21.00 tiap malam dan melarang penyelenggaraan acara besar yang mengumpulkan massa, seperti konser, festival, dan lain sebagainya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement