REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sembilan tahun berkiprah di ranah musik, band metal Voice of Baceprot (VOB) mengaku masih mendapat cibiran dari berbagai pihak. Grup musik asal Garut beranggotakan Marsya (vokal/gitar), Widi (bas), dan Siti (drum) itu berusaha menanggapi dengan kepala dingin.
"Dulu, halangannya izin orang tua. Jadi pro-kontra, karena cewek, berhijab, tapi main musik metal. Dianggap belagu, cari sensasi, apalagi di kampung kami profesi musisi, anak band, masih jarang dan dianggap tidak punya masa depan," kata pemain bas VOB, Widi Rahmawati.
Saat awal terbentuk di tahun 2014, semula VOB beranggotakan 15 personel. Lantas, jumlahnya menyusut menjadi tujuh, dan kini hanya bertiga, yakni Widi bersama Firda Marsya Kurnia sebagai vokalis sekaligus gitaris, dan penabuh drum Euis Siti Aisyah.
Meski banyak menjumpai halangan, VOB tetap bersemangat mengejar mimpi. VOB mengawali band tanpa instrumen musik yang memadai, lantas mereka terus memperbaiki skill musik hingga sejumlah pihak mengapresiasi dan memfasilitasi.
Kini, VOB telah membuktikan diri mereka bisa dikenal hingga ranah musik global. Setelah melangsungkan tur Eropa beberapa waktu silam, Agustus 2023 mendatang VOB akan menggelar tur musik di 11 kota di Amerika.
"Kami ingin membuktikan bahwa anak band juga bisa punya masa depan cemerlang," ungkap Widi saat dijumpai di momen peluncuran varian baru Softex Daun Sirih di Jakarta, Kamis (6/7/2023).
VOB mengungkap bahwa pandangan miring terhadap mereka tak sepenuhnya surut. Vokalis dan gitaris VOB, Marsya, menyebut sejumlah cibiran itu pun terkadang mengusik mereka.
Salah satunya, tudingan bahwa VOB memanfaatkan keperempuanan dan hijab mereka yang kontras dengan musik metal untuk menarik perhatian. Menurut Marsya, anggapan itu cukup keterlaluan. Namun, VOB ingin membuktikan sebaliknya lewat karya.