Selasa 11 Jul 2023 07:07 WIB

BNPB Catat 37 Kejadian Bencana dan Akibatkan 6 Orang Meninggal dalam Sepekan

Kejadian bencana sepekan ini didominasi oleh bencana banjir.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Friska Yolandha
Sejumlah anak bermain di jalan yang terendam banjir di daerah Bojongsoang, Kabupaten Bandung, Ahad (7/5/2023). Banjir akibat luapan air Sungai Citarum yang dipicu curah hujan yang tinggi, kembali merendam sejumlah wilayah di Kecamatan Bojongsoang, Dayeuhkolot, dan Baleendah. Saat ini banjir berangsur-angsur surut, namun dengan intensitas hujan yang masih tinggi, warga dan petugas terkait tetap waspada jika ketinggian air citarum kembali meningkat.
Foto: Edi Yusuf/Republika
Sejumlah anak bermain di jalan yang terendam banjir di daerah Bojongsoang, Kabupaten Bandung, Ahad (7/5/2023). Banjir akibat luapan air Sungai Citarum yang dipicu curah hujan yang tinggi, kembali merendam sejumlah wilayah di Kecamatan Bojongsoang, Dayeuhkolot, dan Baleendah. Saat ini banjir berangsur-angsur surut, namun dengan intensitas hujan yang masih tinggi, warga dan petugas terkait tetap waspada jika ketinggian air citarum kembali meningkat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat ada 37 kejadian bencana teradi dalam sepekan terakhir yakni 3 Juli hingga 9 Juli 2023. Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari menyampaikan akibat 37 kejadian bencana ini ada enam orang meninggal dunia.

"Total enam orang meninggal dunia itu di Bali itu ada 3 korban jiwa Lumajang, dan tiga di Bali secara total," ujar Muhari dalam Disaster Briefing pada Senin (10/7/2023).

Baca Juga

Muhari menyebutkan distribusi kejadian bencana sepekan ini terjadi mulai dari Aceh, Sumatera Selatan, Jawa Barat, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, dan Kalimantan. Menurutnya, kejadian bencana sepekan ini juga didominasi oleh bencana banjir.

Muhari pun mencatat terjadi perubahan dari sepekan sebelumnya, dimana kejadian bencana didominasi oleh kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Sedangkan pada pekan ini, karhutla hanya lima persen dari total bencana sepekan yakni 37 kejadian.

"Selama 3-4 hari ke belakang kita sering sekali mendapat pertanyaan dari masyarakat, loh ini kan kita katanya mau di puncak kemarau, kok tiba-tiba hampir merata ya di Jawa itu mulai Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Kalimantan itu terkena banjir bandang," ujar Muhari.

Muhari menjelaskan, kejadian bencana banjir, cuaca ekstrem tanah longsor memang masih mendominasi beberapa waktu lalu karena fase La Nina akibat pengaruh dari Samudra Pasifik membawa awan hujan hingga 2022. Namun, mulai Maret tahun 2023 mulai berubah karena masuk fase El Nino yang seharusnya itu lebih kering.

"Sehingga dari awal tahun kita sudah mengkampanyekan kita sudah berkoordinasi intensif dengan daerah untuk siaga Karhutla. Tapi, kok tiba-tiba seminggu ini ada hujan gitu ya, ada banjir? Memang kalau kita lihat dari distribusi kejadian bencana kalau minggu lalu itu mulai dari tengah bulan Juni, itu Karhutla sudah mulai mendominasi 50- 60 persen, dan kejadian bencana mingguan selalu Karhutla," ujarnya.

"Cuma di minggu ini kita ada kejadian banjir yang lebih banyak sedangkan karhutla cuma 5 persen dari total kejadian yang ada," tambahnya.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement