REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta terus berupaya menekan volume sampah di kota ini. Salah satu upaya tersebut dengan peningkatan nasabah bank sampah seperti yang dilakukan di Kemantren Kraton.
Mantri Pamong Praja Kemantren Kraton, Sumargandi menjelaskan peningkatan nasabah tersebut dengan mengembangkan berbagai metode pengolahan sampah agar lebih bernilai jual.
"Misal sampah anorganik yang masih memiliki nilai jual akan kami jual, sementara yang sudah tidak ada nilai jualnya akan di sulap sesuai kreasi masing-masing,” ujarnya saat sarasehan Forum Bank Sampah (FBS), Senin (10/7/2023).
Sedangkan untuk sampah organik pengolahannya seperti dengan biopori, maggot, ember tumpuk, losida, dan eco enzym.
"Jika biopori tersebut berada di tiap rumah, maka masyarakat akan lebih mudah mengelola sampah. Sisa makanan dari dapur bisa langsung dimasukkan ke biopori," katanya.
Pihaknya pun membebaskan pengurus bank sampah memilih model pengelolaan sampahnya.
Ini karena menurutnya hal yang lebih penting adalah perubahan perilaku masyarakat dari semula membuang semua jenis sampah menjadi memilah sampah dan mengelola sampah organik menjadi kompos.
Sekda Kota Yogyakarta, Aman Yuriadijaya yang juga merupakan Ketua Forum Bank Sampah Kota Yogyakarta sangat mengapresiasi langkah para pengurus bank sampah di Kemantren Kraton.
Menurutnya dengan meningkatkan jumlah nasabah dapat membantu menekan jumlah sampah yang dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan.
Aman mengungkapkan gerakan zero sampah anorganik yang dimulai sejak awal tahun 2023, hingga Juni ini telah berhasil menekan jumlah sampah yang dibuang ke TPA Piyungan mencapai 87 ton per hari.
"Keberhasilan itu tidak lepas dari peran dan kontribusi nyata bank sampah yang tersebar di hampir seluruh RW Kota Yogyakarta," jelasnya.