Begitu kabar Emha Ainun Nadjib (Cak Nun) dirawat di RSUP dr Sardjito, Yogyakarta, di berbagai media sosial doa mengalir untuk kesembuhannya. Para tokoh nasional pun mendoakan Cak Nun.
Budayawan yang rajin berdakwah lewat Komunitas Padang Bulan dan Maiyah itu dulu pernah ikut terlibat mendirikan Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI). Dalam kepengurusan pertama, ia menjadi salah satu pengutusnya. Ada 17 nama di kepengurusan yang diketuai BJ Habibie itu, antara lain Amien Rais, Emha Ainun Nadjib, Kuntowijoto, Quraish Shihah, Muslimin Nasional, Fadel Muhammad, Dipo Alam.
“Dalam sejumlah rapat-rapat awal ICMI, saya banyak bertemu dan berdiskusi dengan Emha,” kata Dipo Alam, dalam buku biografinya yang terit pada 2022, Dipo Alam dalam Pusaran Adab Dipimpin dan Memimpin. “Ketika polarisasi di tengah masyarakat kian tajam di ujung pemerintahan Pak Harto, saya melihat, sebagai budayawan dan intelektual Emha adalah satu dari sedikit orang saja yang bisa menempatkan dirinya dengan baik di samping semua golongan, serta bisa diterima dengan baik oleh semua kalangan,” lanjut Dipo.
Kebisaan Emha menempatkan diri itu dianggap istimewa oleh Dipo. “Kesitimewaan ini tidak dimiliki oleh Gus Dur dan Amien Rais,” kata Dipo.
Menurut Dipo, Emha pernah ditawari menjadi menteri oleh Presiden Soeharto, tetapi Emda menolaknya. Ini juga sebuah tawaran istimewa melihat sikap kritis Emha kepada pemerintahan Orde Baru. Ia tetap memilih di jalur bakti di kemasyarakatan. “Tak pernah sekalipun saya mendengar dia menghujat penguasa Orde Baru tersebut, meskipun pada masa kekuasannya dia bekali-kali pernah kena cekal,” tulis Dipo.
Pada 1997-1998, kata Dipo, beberapa pengurus ICMI ikut bergerak dalam aksi menurun Soeharto. Padahal ICMI terbentuk atas restu Soeharto. Jika tanpa restu Soeharto, upaya penggalan ICMI pasti berhasil.
Menurut Dipo, Panglima ABRI Try Sutrisno telah memerintahkan Pangdam Brawijaya untuk menggagalkan pertemuan pendirian ICMI di Malang pada 6-8 Desember 1990. Ada upaya pengadangan para peserta acara yang digagas mahasiswa Universitas Brawijaya Malang itu. “Namun, saat itu BJ habibie sudah mendapatkan restu dari Pak Harto untuk menjadi ketua umum ICMI. Mayjen R Hartono, selaku pangdam Brawijaya yang diminta Try Sutrisno untuk menggagalkan pembentukan ICMI, tentunya lebih tunduk kepada Pak Harto sebagai presiden yang juga panglima tertinggi ABRI,” tulis Dipo.
Para mahasiswa Universitas Brawijaya yang menggagas pembentukan ICMI itu pada awalnya mendapat dukungan dari Imaduddin Abdurahman. Para mahasiswa lalu mencari dukungan dari berbagai pihak, difasilitasi oleh Imaduddin Abdurrahman. Mereka datangi satu per satu, termasuk Dawam Rahardjo, Adi Sasono. Pada awalnya, kata Dipo, pendirian ICMI dicurigai atas inisiatif Pak Harto. Hal itu tidak sepenuhnya benar.
“Ketika lima mahasiswa Brawijaya itu datang ke LIPI untuk minta dukungan pendirian ICMI, saya langsung menyatakan dukungan,” kata Dipo, Ia melakukan itu karena mengetahui Imaduddin Abdurrahman mendukungnya, dan di dalam daftar dukungan, juga sudah ada nama-nama tokoh yang dihormati oleh Dipo,
Priyantono Oemar