Jumat 14 Jul 2023 16:05 WIB

Selamat Tinggal Laut Biru, Kini Laut Berwarna Hijau

Lebih dari 56 persen lautan di dunia berubah menjadi lebih hijau.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Natalia Endah Hapsari
Lebih dari separuh lautan di dunia telah berubah warna menjadi hijau dalam dua dekade terakhir,
Foto: Unsplash
Lebih dari separuh lautan di dunia telah berubah warna menjadi hijau dalam dua dekade terakhir,

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Lebih dari separuh lautan di dunia telah berubah warna menjadi hijau dalam dua dekade terakhir, demikian hasil sebuah penelitian. Pengukuran warna permukaan laut yang dilakukan melalui satelit selama 20 tahun terakhir telah menemukan lonjakan global dalam pertumbuhan fitoplankton, mikroba mirip tumbuhan yang umum ditemukan di lautan bagian atas.

Meskipun banyak organisme mikroskopis termasuk ganggang hijau bisa menyerap karbon dioksida saat menyerap energi matahari, ledakan populasi mereka telah berkontribusi pada zona mati yang menyesakkan dan kekurangan oksigen di seluruh dunia.

Baca Juga

Pergeseran warna ini tidak terlihat jelas oleh mata manusia, namun peralatan satelit yang dikelola NASA telah mengkonfirmasi bahwa lebih dari 56 persen lautan di dunia -area yang luasnya lebih besar daripada total daratan Bumi- telah berubah menjadi lebih hijau.

"Melihat hal ini terjadi secara nyata tidaklah mengejutkan, tetapi menakutkan. Perubahan ini konsisten dengan perubahan yang disebabkan oleh manusia terhadap iklim kita,” kata peneliti studi sekaligus ilmuwan senior dan pemodelan iklim di Massachusetts Institute of Technology (MIT), Stephanie Dutkiewicz, seperti dilansir dari Daily Mail, Jumat (14/7/2023).

Tim MIT, bekerja sama dengan Pusat Oseanografi Nasional Inggris, menganalisis data warna lautan selama puluhan tahun yang dikumpulkan oleh MRI Spectroradiometer di atas satelit Aqua milik NASA. Data warna, yang dikumpulkan dari orbit rendah Bumi, menunjukkan bahwa lautan tropis yang lebih panas di dekat khatulistiwa menjadi yang paling hijau secara konsisten dari waktu ke waktu.

Pertumbuhan fitoplankton, fondasi rantai makanan laut yang membantu menopang kehidupan krill, ikan, dan burung laut serta mamalia laut, biasanya ditafsirkan sebagai tanda kesehatan laut. Namun, pertumbuhan dikaitkan dengan peningkatan zona mati samudra dan migrasi laut secara massal selama lebih dari satu dekade.

"Saya telah menjalankan simulasi yang telah memberitahu saya selama bertahun-tahun bahwa perubahan warna laut ini akan terjadi. Jadi, kami berharap orang-orang menanggapi hal ini dengan serius. Bukan hanya model yang memprediksi perubahan ini akan terjadi. Sekarang kita bisa melihatnya terjadi, dan lautan sedang berubah,” kata Dutkiewicz.

Penghijauan yang ditemukan oleh analisis para peneliti terhadap data MODIS-Aqua NASA dari Juli 2002 hingga Juni 2022, yang diterbitkan hari ini di jurnal Nature. Studi ini menunjukkan adanya penghijauan dua kali lipat lebih banyak daripada rasio signal-to-noise yang diharapkan. Penghijauan ini tidak dapat dijelaskan oleh variasi alami, musiman, atau variasi dari tahun ke tahun dalam mekarnya fitoplankton saja.

"Hal ini memberikan bukti tambahan tentang bagaimana aktivitas manusia memengaruhi kehidupan di Bumi dalam cakupan spasial yang luas. Ini adalah cara lain manusia mempengaruhi biosfer," menurut penulis utama studi ini, BB Cael dari Pusat Oseanografi Nasional Inggris di Southampton.

Para peneliti melacak tujuh panjang gelombang cahaya berwarna dari permukaan laut melalui sistem MODIS di dalam satelit Aqua milik NASA. Meskipun lautan tampak berwarna biru dengan mata telanjang, warna aslinya mengandung campuran dari panjang gelombang ini, di luar biru dan hijau bahkan merah, beberapa di antaranya bervariasi jauh lebih sedikit dari tahun ke tahun dan dengan demikian memberikan lebih banyak sinyal daripada kebisingan.

Cael dan timnya melakukan analisis statistik dengan menggunakan ketujuh panjang gelombang yang diukur oleh satelit Aqua, bukan hanya dua panjang gelombang yang biasa digunakan untuk mengukur perubahan pigmen klorofil hijau dari aktivitas fitoplankton.

Kelompok Cael dapat membandingkan hasil ini dengan model prediktif yang dibuat oleh Dutkiewicz di MIT pada tahun 2019. Model Dutkiewicz mensimulasikan perubahan warna laut berdasarkan dua skenario: satu dengan penambahan gas rumah kaca ke atmosfer, dan skenario lainnya tanpa gas rumah kaca.

Model gas rumah kaca memperkirakan bahwa dalam waktu 20 tahun, sekitar 50 persen permukaan lautan di dunia akan menjadi lebih hijau -persis seperti yang ditemukan Cael pada data MODIS-Aqua di dunia nyata. "Hal ini menunjukkan bahwa tren yang kami amati bukanlah variasi acak dalam sistem Bumi. Hal ini konsisten dengan perubahan iklim antropogenik," kata Cael dalam sebuah pernyataan.

Namun, Cael mencatat bahwa penelitian yang lebih rinci dari sekadar perubahan warna akan diperlukan untuk memahami dengan tepat bagaimana semua ekosistem laut di seluruh dunia ini berubah secara individual karena planet yang lebih panas.

"Perubahan warna ini bisa berarti pergeseran ke plankton yang lebih kecil atau lebih besar, lebih banyak atau lebih sedikit pemangsa atau mangsa, jenis plankton yang berbeda yang memengaruhi penyimpanan karbon atau perikanan secara berbeda, dan masih banyak lagi,” kata Cael.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement