REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Anthony Blinken menyinggung berbagai permasalahan di Indo-Pasifik yang menarik perhatian bagi AS dalam berbagai pertemuan yang diadakan ASEAN pada Jumat (14/7/2023). Dia menegaskan bahwa kawasan tersebut menerapkan kebebasan, keterbukaan, kesejahteraan, keamanan, dan keterhubungan yang kuat.
"Negara-negara bebas memilih jalan dan rekan mereka sendiri," ujar Blinken dalam konferensi pers yang diadakan usai menghadiri rangkaian acara yang diadakan di The St. Regis Jakarta.
Blinken menyinggung, setiap negara di kawasan memiliki hak untuk menentukan sendiri mitranya. Konsep ini yang membuat segala masalah bisa ditangani secara terbuka, bukan dengan keterpaksaan.
"Aturan dicapai secara transparan dan diterapkan secara adil," ujar menteri luar negeri itu.
Blinken pun menyinggung tentang masalah yang bergulir di kawasan, seperti uji coba rudal yang terus dilakukan Korea Utara, masalah Laut Cina Selatan dan Timur, hingga kondisi di Myanmar. Perhatian AS atas isu tersebut dilihat dari pernyataan Blinken yang menilai Asia Tenggara merupakan mitra strategis.
Diplomat senior AS ini pun mengulang pernyataan Presiden AS Joe Biden pada Mei 2022 tentan Era Baru dalam pertemuan puncak AS-ASEAN di Washington. "Kita tetapkan ambisi baru dalam berkolaborasi atas hal-hal strategis yang universal berkaitan dengan kelangsungan masyarakat AS dan ASEAN,” ujarnya.
Kerja sama yang dibangun dengan ASEAN ini mencakup krisis iklim, transisi energi, pemberdayaan perempuan, kesehatan dan transportasi. Dengan menjalankan itu semua, Blinken menilai, kesejahteraan bersama dapat tercapai.
Blinken pun menegaskan, AS dan ASEAN juga memperdalam upaya mengatasi tantangan kompleks yang berdampak pada kawasan dan dunia. Dia menyinggung perang Rusia di Ukraina menyalahi prinsip-prinsip Perjanjian Persahabatan dan Kerja Sama ASEAN dan Piagam PBB.
Menurut Blinken, korban dari invasi tersebut tidak hanya berdampak bagi Ukraina. Perang yang disebut Rusia sebagai Operasi Militer Khusus ini dinilai mempengaruhi seluruh dunia karena memperburuk krisis energi dan pangan.