Sabtu 15 Jul 2023 19:49 WIB

Kelok Kopi, Tempat Nongkrong Unik Bernuansa Fotografi di Kelok Tanah Datar

Kedai Kelok Kopi dipenuhi foto-foto yang kental dengan nuansa Sumatra.

Rep: Febrian Fachri / Red: Qommarria Rostanti
Kelok Kopi, coffee shop yang kini jadi magnet penikmat kopi di Batusangkar .
Foto: Dokumentasi Kelok Kopi
Kelok Kopi, coffee shop yang kini jadi magnet penikmat kopi di Batusangkar .

REPUBLIKA.CO.ID, TANAH DATAR -- Kelok Kopi menjadi salah satu tempat nongkrong favorit di Kabupaten Tanah Datar, Sumatra Barat. Selain menyuguhkan menu yang beragam, kedai kopi yang terletak di Imam Bonjol No 41 Piliang, Lima Kaum, ini memiliki spot yang unik.

Di sana, terdapat pajangan berupa karya foto menarik di dindingnya. Ada foto pemandangan pantai, harimau sumatra, foto pacu jawi, Kepulauan Mentawai, hingga foto-foto keragaman budaya Sumatra Barat. Foto-foto yang dipajang di Kelok Kopi ini merupakan hasil karya dari salah satu pemilik Kelok Kopi yaitu Adi Prima. Kebetulan selain mengelola Kelok Kopi, ia juga merupakan fotografer profesional yang bekerja untuk media Turki.

Baca Juga

"Mungkin (foto-foto) ini termasuk ciri khas Kelok Kopi. Sedikit banyak tentu ada pengaruhnya. Terutama bagi wisatawan yang datang ke sini," kata Adi kepada Republika.co.id pada Kamis (13/7/2023).

Bagi Adi, menjadi kepuasan tersendiri baginya saat karya fotonya dapat dinikmati para pelanggan Kelok Kopi. Selain itu, tidak jarang juga para fotografer yang datang ke Tanah Datar singgah ke Kelok Kopi untuk saling berbagi pengalaman memotret.

Adi menyebut setiap bulan ada banyak fotografer dari berbagai penjuru Indonesia bahkan dunia masuk ke Tanah Datar untuk menantang kemampuannya memotret pacu jawi. Pacu jawi adalah balapan sapi yang menjadi perlombaan olahraga tradisional di Kabupaten Tanah Datar. Pacu jawi menjadi salah satu magnet wisata di kabupaten tersebut.

"Biasanya habis memotret Pacu Jawi, teman-teman fotografer itu mampir ke Kelok Kopi," ucap Adi.

Awal mula berdirinya Kelok Kopi

Adi menceritakan, semula Kelok Kopi hanya menjadi tempat berkumpul istri dan iparnya bersama teman-teman kantor sepulangnya bekerja. Lalu mereka terpikir untuk membeli mesin pengolah kopi supaya dapat meracik kopi secara mandiri.

Karena tongkrongan ini semakin ramai, barulah tercetus mendirikan kedai kopi. Dinamai Kelok Kopi karena lokasi rumah yang disulap jadi kedai kopi ini berada di sebuah kelok (tikungan) jalan lingkar luar dari Arah Padang menuju Batusangkar.

"Karena banyak teman datang, banyak mobil parkir, lalu semakin banyak orang singgah. Di situlah mula-mula Kelok Kopi beredar dari mulut ke mulut," ucap Adi.

Kini Kelok Kopi sudah menjadi salah satu kedai terbesar di Batusangkar. Adi menyebut Kelok Kopi bahkan bisa menampung 100 pelanggan sekaligus. Mereka sudah sering menyediakan Kelok Kopi untuk acara-acara instansi, acara politik, hingga acara mahasiswa.

photo
Barista di Kelok Kopi sedang membuat kopi pesanan pelanggan. - (Dokumentasi Kelok Kopi)

 

Adi tidak menyangka ide untuk coba-coba belajar membuat kedai kopi bisa berkembang seperti saat ini. Kini Kelok Kopi sudah punya enam barista. Di mana dua di antaranya sudah menjadi barista yang sudah mengantongi sertifikat dari Kementerian Tenaga Kerja.

"Kami mendirikan Kelok Kopi juga ingin untuk belajar awalnya. Belajar meracik kopi, meracik menu hingga belajar melayani pelanggan," kata Adi.

Dari banyak menu yang ditawarkan di Kelok Kopi, ada satu menu yang menjadi andalan Kelok Kopi. Namanya Es Kelok Kopi. Es Kelok Kopi adalah kopi susu gula aren.

Sekilas, Es Kelok Kopi terlihat seperti kopi susu es biasa. Tapi begitu dicoba, menu ini punya rasa yang berbeda. Kuncinya menurut salah satu Barista Kelok Kopi, Vikhi Abimanyu, adalah gula aren-nya.

"Kami memakai gula aren asli Tanah Datar, yaitu gula aren dari Kecamatan Sungayang," kata Vikhi.

Gula aren asal Sungayang ini menurut Vikhi dibeli dalam bentuk bulatan atau kiloan. Vikhi bersama owner merebus dan mengolah sendiri gula aren tersebut hingga menjadi cairan.

"Bedanya mungkin di situ. Bagi kedai kopi lain, mungkin gula aren yang sudah jadi. Jadi gulanya pakai pengawet. Kalau kami gula arennya alami," ujar Vikhi. Kopi yang diolah jadi Es Kelok Kopi ini menurut Vikhi adalah campuran kopi robusta dan arabika.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement