Kamis 20 Jul 2023 15:04 WIB

Kiai Ahsin Sakho: Hijrah Berarti Berpindah ke Tempat yang Lebih Baik

Nabi ingin mengalihkan semangat hijrah ini bukan hanya fisik, tapi juga non-fisik.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Ani Nursalikah
KH Ahsin Sakho Muhammad. Kiai Ahsin Sakho: Hijrah Berarti Berpindah ke Tempat yang Lebih Baik
Foto: Agung Supriyanto Republika
KH Ahsin Sakho Muhammad. Kiai Ahsin Sakho: Hijrah Berarti Berpindah ke Tempat yang Lebih Baik

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Umat Muslim di seluruh dunia saat ini tengah berbahagia dengan dimulainya Tahun Baru Islam 1 Muharram 1445 H. Momen ini biasanya identik dengan istilah hijrah atau berpindah (migrasi).

Salah satu ulama Indonesia KH Ahsin Sakho Muhammad menyebut hijrah berarti pindah menuju tempat yang lebih baik dari sisi iman dan Islam. Pada zaman Nabi Muhammad SAW hijrah berarti pindah secara fisik.

Baca Juga

"Pada awalnya hijrah itu adalah hijrah secara fisik. Nabi itu berhijrah dan mehijrahkan para sahabat," kata dia saat dihubungi Republika.co.id, Kamis (20/7/2023).

Hijrah yang pertama dilakukan ke Habasyah, dalam rangka merawat keimanan. Jangan sampai, keimanan yang sudah menempel di tubuh, jiwa dan hati para sahabat ini kembali hilang.

Perjalanan hijrah Nabi berikutnya dilakukan ke Thaif. Yang terakhir adalah hijrah Nabi ke Madinah yang diikuti oleh seluruh umat Muslim atau orang yang sudah menjadi sahabat Nabi.

Di Madinah mereka diterima oleh warga setempat yang telah memeluk Islam. Perpindahan tersebut terjadi karena tekanan yang diberikan oleh kaum Musyrikin yang semakin kuat, bahkan ada yang dibunuh.

"Setelah tahun ke-8 Hijriyah, setelah Makkah dibebaskan dari kaum Musyrikin dan kembali ke kaum Muslimin, Nabi berkata sudah tidak ada lagi kewajiban hijrah dari Makkah ke Madinah," ujar Kiai Ahsin Sakho.

Meski Nabi sudah tidak lagi mewajibkan adanya perpindahan atau hijrah secara fisik, Kiai Ahsin menyebut hal ini tetap perlu dilakukan oleh Muslim dalam kondisi tertentu. Salah satunya, jika lokasi tempat ia tinggal cenderung membuatnya tidak bisa menjaga keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT.

Jika seseorang tinggal di lingkungan atau komunitas yang jelek dikhawatirkan ia akan tertular dengan kondisi tersebut. Ketika seseorang hidup dengan kondisi sekitar sudah tidak kondusif dan banyak bermaksiat, ia menyebut bagusnya memang hijrah.

"Nabi ingin mengalihkan semangat hijrah ini bukan hanya fisik, tapi juga non-fisik. Hijrah dari kemungkaran kepada makruf, memperbarui niatnya. Hijrah non-fisik adalah meninggalkan apa-apa yang diharamkan oleh Allah SWT," ujar dia.

Semangat untuk hijrah ini disebut tetap ada hingga saat ini. Terlebih dengan berkembangnya teknologi dan informasi saat ini, umat Muslim diimbau agar dapat menguatkan diri dan meninggalkan segala sesuatu yang dilarang oleh Allah SWT.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَقَالَ الَّذِى اشْتَرٰىهُ مِنْ مِّصْرَ لِامْرَاَتِهٖٓ اَكْرِمِيْ مَثْوٰىهُ عَسٰىٓ اَنْ يَّنْفَعَنَآ اَوْ نَتَّخِذَهٗ وَلَدًا ۗوَكَذٰلِكَ مَكَّنَّا لِيُوْسُفَ فِى الْاَرْضِۖ وَلِنُعَلِّمَهٗ مِنْ تَأْوِيْلِ الْاَحَادِيْثِۗ وَاللّٰهُ غَالِبٌ عَلٰٓى اَمْرِهٖ وَلٰكِنَّ اَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُوْنَ
Dan orang dari Mesir yang membelinya berkata kepada istrinya,” Berikanlah kepadanya tempat (dan layanan) yang baik, mudah-mudahan dia bermanfaat bagi kita atau kita pungut dia sebagai anak.” Dan demikianlah Kami memberikan kedudukan yang baik kepada Yusuf di negeri (Mesir), dan agar Kami ajarkan kepadanya takwil mimpi. Dan Allah berkuasa terhadap urusan-Nya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengerti.

(QS. Yusuf ayat 21)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement