Jumat 21 Jul 2023 05:35 WIB

Presiden Herzog Berterima Kasih AS Terus Dorong Normalisasi Israel-Saudi

Amerika Serikat telah mendorong Saudi untuk membuka hubungan diplomatik dengan Israel

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Presiden Israel Isaac Herzog mengatakan, saat ini negaranya masih berharap dapat melakukan normalisasi diplomatik dengan Arab Saudi.
Foto: AP
Presiden Israel Isaac Herzog mengatakan, saat ini negaranya masih berharap dapat melakukan normalisasi diplomatik dengan Arab Saudi.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Israel Isaac Herzog pada Rabu (19/7/2023) mengatakan, Israel berharap normalisasi dengan Arab Saudi segera terwujud. Dalam pidato di hadapan Kongres Amerika Serikat (AS), Herzog berterima kasih kepada AS karena mendorong upaya untuk membangun hubungan damai antara Israel dan Saudi.

“Israel berterima kasih kepada Amerika Serikat karena berupaya membangun hubungan damai antara Israel dan Kerajaan Arab Saudi, negara terkemuka di kawasan dan dunia Muslim,” kata Herzog kepada anggota parlemen AS, dilaporkan Al Arabiya.

Baca Juga

“Kami berdoa dan berharap agar momen ini terwujud,” kata Herzog.

Amerika Serikat telah mendorong Saudi untuk membuka hubungan diplomatik dengan Israel, seperti beberapa negara Arab lainnya. Namun Kerajaan Saudi dengan tegas menolak untuk menormalisasi hubungan dengan Israel karena persoalan Palestina. Saudi menegaskan bahwa konflik Israel-Palestina harus diselesaikan sejalan dengan Inisiatif Perdamaian Arab.

Pekan lalu, Presiden AS Joe Biden mengatakan, upaya untuk normalisasi hubungan antara Israel dan Saudi masih berlangsung. Tapi Biden pesimis kesepakatan itu tidak akan dicapai dalam waktu dekat.

"Kami agak jauh," kata Biden.

Mantan duta besar AS untuk Israel, Martin Indyk, dalam sebuah wawancara dengan CNN mengatakan, Saudi mengajukan tiga persyaratan kepada Amerika Serikat untuk memajukan normalisasi dengan Israel. Tiga persyaratan itu antara lain, jaminan keamanan dari AS, seperti komitmen Pasal 5 NATO untuk Arab Saudi;  aliran bebas senjata dari AS, termasuk pesawat F-35;  dan lampu hijau untuk kapasitas Saudi yang independen untuk memperkaya uranium.

Arab Saudi tidak mengakui Israel, dan tidak bergabung dengan Abraham Accords, yang disepakati antara Israel dengan UEA dan Bahrain pada  2020. Menteri Luar Negeri Saudi, Pangeran Faisal Bin Farhan mengatakan, normalisasi antara Arab Saudi dan Israel adalah untuk kepentingan wilayah. Sementara masalah Palestina harus ditangani terlebih dahulu.

Menteri Luar Negeri Israel, Eli Cohen sangat optimis bahwa Israel dan Arab Saudi akan menormalkan hubungan sebelum Maret tahun depan. Dia menambahkan, kesepakatan normalisasi dengan Saudi tidak akan menjadi bagian dari Abraham Accords dan akan mencakup negara lain.

"Israel tertarik untuk memajukan perjanjian damai dengan Arab Saudi. Ini adalah kesepakatan yang bisa dicapai, dan Saudi juga tertarik dengan itu," ujar Cohen, dilaporkan Middle East Monitor, Selasa (27/6/2023).

Cohen mengatakan, pembicaraan tentang perjanjian normalisasi Saudi-Israel sedang berlangsung melalui berbagai saluran, terutama melalui Washington.  "Ada jendela peluang hingga Maret 2024 untuk kesepakatan dengan Riyadh, setelah itu sistem politik di AS akan fokus pada pemilihan presiden akhir tahun ini," kata Cohen.

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu telah menegaskan kembali keinginannya untuk menjalin hubungan dengan Arab Saudi. Netanyahu mengatakan, normalisasi ini akan menjadi lompatan kuantum untuk perdamaian komprehensif antara Israel dan dunia Arab, serta mengakhiri hubungan Arab-Israel dan Palestina-Israel.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement