REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Gunung Semeru mengalami 22 kali gempa letusan atau erupsi selama enam jam. Hal ini terutama periode Selasa (25/7/2023) mulai pukul 12.00 sampai 18.00 WIB.
Petugas Pos Pantau Gunung Semeru, Ghufron Alwi menyatakan, gempa erupsi kali ini memiliki amplitudo 11 sampai 22 milimeter (mm). "Dan lama gempa 78 hingga 118 detik," kata Ghufron.
Selain itu, Gunung Semeru juga mengalami lima kali gempa guguran. Amplitudo jenis gempa ini sekitar empat sampai delapan mm. Adapun lama gempanya berlangsung 40 sampai 78 detik.
Ghufron juga mengungkapkan, Gunung Semeru mengalami lima kali gempa embusan dengan amplitudo lima sampai delapan mm. Sementara itu, lama gempanya berlangsung sekitar 58 hingga 60 detik.
Selanjutnya, juga tercatat mengalami sembilan kali gempa harmonik dengan amplitudo tiga sampai 10 mm. "Dan lama gempa 325 hingga 3.002 detik," kata dia menambahkan dalam laporan tertulisnya.
Sebagai informasi, saat ini Gunung Semeru masih berstatus siaga atau level III. Oleh karena itu, masyarakat diminta tidak melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan. Hal ini terutama sejauh 13 kilometer (km) dari puncak atau pusat erupsi.
Di luar jarak tersebut, kata dia, masyarakat tidak melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) di sepanjang Besuk Kobokan. Hal ini karena area tersebut berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 17 km dari puncak.
Masyarakat juga direkomendasikan untuk tidak beraktivitas dalam radius 5 Km dari kawah/puncak Gunung Api Semeru. Hal ini karena area tersebut rawan terhadap bahaya lontaran batu (pijar).
Di samping itu, juga diminta untuk mewaspadai potensi awan panas guguran (APG), guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai/lembah yang berhulu di puncak Gunung Api Semeru, terutama sepanjang Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat. Kemudian juga mewaspadai potensi lahar pada sungai-sungai kecil yang merupakan anak sungai dari Besuk Kobokan.