REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Salah satu pilot pesawat jet tempur Rafale Kapten Rayak mengaku terdapat kendala saat menerbangkan Rafale memasuki ruang udara Indonesia dari Guam. Ia mengaku, kendala itu karena lalu lintas udara di Jakarta sangat padat.
"Saya bisa melihat tidak ada kendala atau perbedaan yang berarti. Cuman saya melihat pas mendekat Jakarta itu lalu lintas penerbangannya sangat padat," ujar Rayak di Terminal Selatan Bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta, Rabu (26/7/2023).
Kendati demikian, saat keluar dari Jakarta, lalu lintas udara tidak begitu padat. Saat ditanya terkait kualitas udara dan polusi di Jakarta yang tergolong buruk di dunia dengan nilai indeks 168 atau masuk kategori tidak sehat pada Selasa (25/7/2023), ia mengatakan dapat melihat dengan jelas polusi udara saat terbang di langit Jakarta.
Namun, hal tersebut tidak menjadi kendala apalagi sampai mengganggu jarak pandang. "Jadi,kendalanya itu saja. Tidak ada (kendala untuk polisi udara)," tegasnya.
Sementara itu, Rayak menuturkan untuk menerbangkan pesawat jet tempur Rafale, pilot pemula maupun berpengalaman harus benar-benar memenuhi kualifikasi. Sebab, pesawat Rafale telah dilengkapi berbagai peralatan canggih itu.
"Untuk pilot muda yang pendidikan, pelajar, selama delapan bulan sebelum dia bisa menerbangkan Rafale di dalam satu skuadron. Tetapi, untuk pilot yang sudah berpengalaman, biasanya itu memakan waktu tiga bulan dan dia bisa terbang secara operasional," tutur Rayak.
Sebelum menerbangkan Rafale, Rayak mengaku juga pernah menerbangkan pesawat tempur Dassault Mirage 2000-D. Dia menilai secara umum cara menerbangkan kedua jet tempur itu hampir sama, tapi tetap ada perbedaan.
Kapasitas bom yang dibawa lebih banyak...