REPUBLIKA.CO.ID, CHICAGO -- Harga emas berjangka menguat pada akhir perdagangan Rabu (26/7/2023), memperpanjang keuntungan untuk hari kedua berturut-turut didukung keputusan Federal Reserve untuk menaikkan suku bunga seperti diperkirakan secara luas. Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Agustus di divisi Comex New York Exchange terangkat 6,40 dolar AS atau 0,33 persen menjadi menetap pada 1.970,10 dolar AS per ounce, setelah menyentuh tertinggi sesi di 1.976,30 dolar AS dan terendah di 1.963,20 dolar AS.
Logam kuning menguat pada Rabu (26/7/2023) karena imbal hasil obligasi pemerintah AS merosot bersama dengan dolar. Kemudian emas memperpanjang kenaikan tersebut ke sesi perdagangan elektronik karena investor mempertimbangkan keputusan Federal Reserve menaikkan suku bunga seperti yang diharapkan.
Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin pada Rabu (26/7/2023) seperti yang diantisipasi secara luas, untuk menargetkan kisaran 5,25 persen hingga 5,50 persen, mencapai level tertinggi dalam 22 tahun.
Bank sentral AS juga mengatakan tetap "sangat memperhatikan" risiko inflasi, membiarkan pintu terbuka untuk kenaikan suku bunga lebih lanjut.
Dalam perdagangan elektronik tak lama setelah keputusan tersebut, kontrak emas Agustus berada di 1.971,20 dolar AS per ounce, naik tipis dari harga penyelesaian emas.
Kenaikan suku bunga "cenderung menekan harga emas dalam waktu dekat, karena suku bunga yang lebih tinggi mendukung dolar AS," kata Jerry Braakman, presiden dan kepala investasi First American Trust.
Namun, setelah keputusan Fed, indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama saingannya turun 0,2 persen menjadi 101,19. Sedangkan imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun berada di 3,8895 persen, turun dari 3,911 persen sehari sebelumnya.
Suku bunga yang lebih tinggi "pada akhirnya akan meningkatkan risiko resesi karena memperlambat aktivitas ekonomi di AS," kata Braakman.
(Keputusan Fed, yang dirilis sekitar setengah jam setelah....)