REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Pangan Nasional/National Food Agency (NFA) Arief Prasetyo Adi mengatakan, salah satu strategi mencegah susut dan boros pangan antara lain dengan membuat platform dan berkolaborasi lintas sektor yang melibatkan tiga kelompok pelaku.
Kelompok pertama adalah penyedia makanan/donator yang meliputi restoran, hotel dan retail dan penjual makanan lainnya. Kelompok kedua adalah organisasi sosial yang menjadi food hub yang bertugas dalam menguhubungkan penyedia/donor makanan dengan kelompok penerima, seperti Food Bank of Indonesia, Yayasan Surplus, Badan Amil Zakat Nasional, dan lain-lain. Kelompok terakhir adalah kelompok penerima manfaat yang tengah menghadapi masalah kekurangan pangan di antaranya anak-anak, lansia, panti asuhan dan pihak-pihak yang membutuhkan.
"Pemerintah Indonesia juga menyediakan dan memfasilitasi kendaraan logistik pangan untuk pendistribusian pangan berlebih dari pendonor ke penerima manfaat," kata dalam Leadership Dialog pada forum United Nation Food Systems Summit (UNFSS) +2 Stocktacking Moment di Roma, Italia, Rabu (26/7/2023) waktu setempat.
Tidak kurang dari 27 ton pangan berlebih telah didistribusikan kepada kelompok penerima manfaat di Jakarta sepanjang Desember 2022-Februari 2023. Distribusi pangan berlebih akan Pemerintah Indonesia perluas ke berbagai wilayah sehingga gerakan ini terus bergulir dan berdampak positif pada ketahanan pangan.
Selain itu, pemerintah melalui NFA juga mendorong gerakan nasional yang disebut Setop Boros Pangan (Stop Food Waste). Tujuannya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang susut dan boros pangan. "Harapannya dengan kampanye dan sosialisasi ini, masyarakat bisa mencegah dan mengurangi pemborosan makanan, baik di tingkat nasional maupun provinsi dan kabupaten," kata Arief.
Hal ini sejalan dengan arahan Presiden Joko Widodo agar mewaspadai ancaman krisis pangan salah satunya dengan menekan susut dan boros pangan.
Adapun berdasarkan studi yang dilakukan oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional pada kurun waktu 2000-2019, Indonesia menghasilkan 23 juta–48 juta ton sampah makanan per tahun. Jumlah sampah makanan tersebut sepatutnya dapat menghidupi 61 juta–125 juta orang atau sama dengan 29 persen–47 persen populasi rakyat Indonesia. Sedangkan secara ekonomi, susut dan boros pangan telah mengakibatkan kerugian sekitar Rp 551 triliun atau setara dengan 36,6 milliar dolar AS.