Selasa 01 Aug 2023 19:01 WIB

PSI: Rocky Gerung Frustrasi Lihat Kinerja Jokowi Diapresiasi Rakyat

Pernyataan "bajingan tolol" itu kontraproduktif dan menodai perjuangan kaum buruh .

Rep: Febryan A/ Red: Teguh Firmansyah
Pengamat Politik, Rocky Gerung.
Foto: Republika/Bowo Pribadi
Pengamat Politik, Rocky Gerung.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua DPP Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Furqan AMC membela Presiden Jokowi usai mendapat kritikan keras dengan narasi 'bajingan tolol' dari pengamat politik Rocky Gerung. Menurut Furqan, Rocky menyampaikan hal itu karena frustrasi. 

"Rocky Gerung makin frustrasi melihat kinerja Pak Jokowi makin diapresiasi rakyat. Bertahun-tahun Rocky Gerung mencoba mengkritik Jokowi, tapi kepercayaan rakyat makin bertambah pada Jokowi," kata Furqan lewat keterangan tertulisnya, Selasa (1/8/2023). 

Baca Juga

Bertambahnya kepercayaan publik itu, lanjut dia, tampak dalam hasil sigi sejumlah lembaga survei akhir-akhir ini. Hasil sigi Lembaga Survei Indonesia (LSI) pada April 2023, misalnya, mendapati kepuasan rakyat pada kinerja Jokowi berada di angka 82 persen. Satu bulan kemudian, Saiful Mujani Research and Consulting mendapati angka yang tak jauh berbeda, yakni 81,7 persen. 

Lebih lanjut, Furqan menyebut pernyataan "bajingan tolol" itu kontraproduktif dan menodai perjuangan kaum buruh karena disampaikan dalam acara aliansi buruh di Bekasi beberapa waktu lalu. Bahkan, dia menuding Rocky telah mengeksploitasi momen bersama buruh itu. 

"Perjuangan massa dibangun dengan ketauladan, bukan dengan cacian dan makian ala intelektual salon yang suka pesolek dan mencari perhatian," kata Furqan yang merupakan mantan aktivis 98 itu. 

Sebelumnya dalam sebuah video yang beredar, tampak Rocky mengkritisi kebijakan Jokowi membangun IKN. Rocky bahkan menyebut Jokowi seorang 'bajingan tolol'.

"Begitu Jokowi kehilangan kekuasaan dia jadi rakyat biasa, nggak ada yang peduli nanti. Tapi ambisi Jokowi adalah pertahankan legacy. Dia masih ke China nawarin IKN. Masih mondar-mandir dari ke koalisi ke koalisi lain, cari kejelasan nasibnya," ujar Rocky dalam video. 

"Dia pikirin nasibnya sendiri, dia nggak pikirin kita. Itu bajingan yang tolol. Kalau dia bajingan pintar, dia mau terima berdebat dengan Jumhur Hidayat, tapi bajingan tolol sekaligus pengecut. Bajingan tapi pengecut," jelas Rocky dalam video tersebut. 

Pada hari ini, Rocky menyampaikan klarifikasi. "Saya menghina presiden, bukan Jokowi-nya. Itu bedanya tuh. Jadi mesti bedaiin, presiden itu adalah fungsi, dia tidak permanen, setiap lima tahun kita pilih," kata Rocky dalam wawancaranya dengan FNN yang diunggah di kanal YouTube Rocky Official, Selasa (1/8/2023).  "Sesuatu yang kita pilih tidak mungkin kita beri martabat, karena martabat itu hanya melekat pada manusia yang autentik, bukan pada jabatan publik," kata Rocky menambahkan. 

Lebih lanjut, Rocky mengatakan, penggunaan kata "bajingan tolol" adalah hal yang lumrah dalam forum politik. Dia keberatan apabila kata-katanya itu dikait-kaitkan dengan adab ketimuran. Bahkan, Rocky berdalih bahwa penggunaan kata "bajingan" sebenarnya memperlihatkan keakraban. 

"Kata bajingan itu kalau dimasukkan ke dalam etnolingiustik itu, itu istilah yang bagus sebetulnya, istilah yang memperlihatkan ada keakraban. Saya ucapin aja tuh, memang bajingan Presiden Jokowi. Di dalam dalil itu suasanya debat politik, bukan saya menghina dia sebagai kepala keluarga (personal)," ujar sosok yang pernah menjadi dosen di Departemen Ilmu Filsafat UI itu. 

Pernyataan "bajingan tolol" yang dilontarkan Rocky itu ternyata membuat barisan pendukung Jokowi geram. Sejumlah relawan Jokowi melaporkan Rocky ke Bareskrim Polri, tapi laporan mereka ditolak. PDIP, partainya Jokowi, juga berencana memolisikan Rocky. Adapun pihak Istana Kepresidenan memastikan tidak akan melaporkan Rocky ke polisi.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement