Jumat 04 Aug 2023 01:01 WIB

10 Adab Imam dalam Sholat Berjamaah

Imam sholat berjamaah haruslah orang yang bacaan Alqurannya paling baik.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Erdy Nasrul
Ilustrasi seorang imam memimpin sholat berjamaah.
Foto: Republika/Afrizal Rosikhul Ilmi
Ilustrasi seorang imam memimpin sholat berjamaah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Selain dituntut untuk memenuhi standarisasi syariat, seorang imam juga seyogyanya memahami adab-adab saat memimpin sholat. 

Berikut 10 adab imam dalam sholat sebagaimana dijabarkan Syekh Said bin Ali bin Wahf Al Qahthani dalam buku Etika Imam dan Makmum dalam Sholat: 

Baca Juga

1. Meringankan sholat dengan tetap menjaga kesempurnaannya. 

Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah SAW, "Idza amma ahadukum an-naasa falyukhoffif fa inna fihim walkabir, waddha'if, wal maridh (wa dzal haajati) fa idza sholla wahdahu falyusholli kaifa syaa-a."

Yang artinya, "Apabila salah seorang kalian menjadi imam bagi manusia, maka ringankanlah karena di antara mereka ada anak kecil, orang tua yang lemah, orang sakit, dan (orang-orang yang memiliki peperluan). Apabila ia sholat sendirian, maka silakan sholat sekehendaknya."

2. Memanjangkan rakaat pertama lebih lama daripada rakaat kedua. 

Hal ini berdasarkan hadits dari Abu Said Al Khudri, ia berkaa, "Sungguh iqamat untuk holat Zhuhur telah dikumandangkan, lalu seseorang pergi ke Baqi untuk buang air, kemudian ia mendatangi keluarganya untuk berwudhu,' kemudian ia kembali ke masjid, sementara Rasulullah SAW berada di rakaat pertama, karena beliau memanjangkan rakaat pertama tersebut."

3. Memanjangkan dua rakaat yang pertama dan memperpendek dua rakaat berikutnya setiap sholat. 

Hal ini berdasarkan hadits Jabir bin Samurah, disebutkan di dalamnya bahwa Sa'd berkata kepada Sayyidina Umar, "Sesungguhnya aku akan sholat bersama mereka dengan sholat seperti sholat Rasulullah SAW. Aku akan memanjangkan dua rakaat yang pertama dan memperpendek dua rakaat yang terakhir. 

Aki tidak akan memperpendek apa yang aku ikuti dari Rasulullah."

4. Memelihara kemaslahatan para makmum dengan syarat tidak menyalahi sunnah. 

Hal ini berdasarkan hadits Jabin bin Abdillah. Dalam hadits ini Nabi memelihara kemaslahatan manusia dengan mengakhirkan sholat Isya ketika para sahabatnya belum berkumpul. 

Jabir berkata, "Dan sholat Isya kadang-kadang (segera), kadang-kadang (ditangguhkan). Jika Nabi melihat para sahabat telah berkumpul, maka beliau menyegerakannya. Dan apabila beliau melihat mereka agak lamban, maka beliau pun mengakhirkannya."

5. Tidak melakukan sholat (sunnah) di tempat ia mengerjakan sholat fardhu. 

Hal ini berdasarkan riwayat dari Al Mughirah bin Syu'bah yang ia marfu'kan, "Tidka boleh seorang imam sholat (sunnah) di tempat ia mengerjakan sholat fardhu hingga ia berpindah." (HR Abu Dawud, Ibnu Majah). 

6. Diam sebentar di tempatnya setelah salam. 

Hal ini berdasarkan hadits Sayyidah Ummu Salamah, ia berkata, "Adalah Rasulullah SAW apabila beliau telah salam, kaum wanita pun bediri. Dan beliau diam sebentar sebelum berdiri."

7. Menghadapkan wajah ke arah makmum setelah salam. 

Hal ini berdasarkan hadits Samurah bin Jundab, ia berkata, "Apabila selesai sholat, maka Nabi SAW menghadapkan wajahnya ke arah kami." (HR Imam Bukhari). 

8. Tidak boleh memanjatkan doa untuk diri sendiri, sementara doanya diamini oleh makmum. 

Hal ini berdasarkan riwayat Abu Hurairah yang dimarfu'kan-nya. Disebutkan di dalamnya, "Tidak halal seseorang yang beriman kepada Allah dan hari akhir mengimami suatu kaum kecuali dengan izin mereka. Dan tidak halal pula bahwa ia mengkhususkan doanya untuk dirinya sendiri, tanpa melibatkan mereka. Jika ia melakukannya, maka ia telah mengkhianati mereka."

9. Tidak sholat di tempat yang terlalu tinggi daripada makmum, kecuali beberapa barisan di belakangnya berada di tempat yang sama dengan imam. 

10. Tidak sholat di tempat tertutup dari pandangan seluruh makmum. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement