Selasa 08 Aug 2023 12:25 WIB

Sering Stres dan Susah Tidur, Waspadai Aritmia

Aritmia merupakan penyakit yang menyebabkan detak jantung menjadi tidak beraturan.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Natalia Endah Hapsari
Atlet memiliki risiko 2.46 kali lipat lebih tinggi untuk terkena gangguan irama jantung dibandingkan dengan mereka yang bukan atlet.  (ilustrasi)
Foto: www.maxpixel.com
Atlet memiliki risiko 2.46 kali lipat lebih tinggi untuk terkena gangguan irama jantung dibandingkan dengan mereka yang bukan atlet. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-Berolahraga memiliki manfaat yang banyak untuk tubuh kita. Selain menjaga kebugaran, olahraga juga bisa menjaga kesehatan fungsi jantung untuk tetap terjaga.

Ini tentu akan menguntungkan para atlet yang sudah menjadikan olahraga sebagai keseharian mereka sehingga bukan rahasia lagi jika atlet memiliki tingkat kebugaran yang lebih kuat dibandingkan dengan masyarakat yang tidak berprofesi di bidang olahraga.

Baca Juga

Namun tahukah Anda? Meski memang dapat membantu menjaga kesehatan jantung, atlet justru diketahui memiliki risiko aritmia yang lebih tinggi? "Aritmia merupakan salah satu penyakit jantung yang menyebabkan detak jantung menjadi tak beraturan," ujar konsultan intervensi dan aritmia jantung Eka Hospital BSD, dr Ignatius Yansen Ng, SpJP (K), FIHA, FAsCC dalam siaran pers, Selasa (8/8/2023).

Menurut studi yang dilakukan oleh Canterbury Christ Church University di Canterbury, Inggris mengatakan bahwa atlet memiliki risiko 2.46 kali lipat lebih tinggi untuk terkena gangguan irama jantung dibandingkan dengan mereka yang bukan atlet. Kenapa ini bisa terjadi?

Dokter Ignatius mengatakan aritmia merupakan penyakit yang menyebabkan jantung berdetak secara lebih cepat, lebih lambat, atau bahkan tak beraturan. Ada beberapa faktor yang bisa menyebabkan seseorang terkena aritmia, beberapa di antaranya memiliki riwayat penyakit jantung, mengidap diabetes, tekanan darah tinggi, penggunaan obat-obatan tertentu, stres dan konsumsi rokok dan minuman alkohol berlebihan. Aritmia juga bisa disebabkan oleh masalah kesehatan seperti apnea tidur. 

Mengapa atlet lebih berisiko terkena aritmia? Dokter Ignatius mengatakan penelitian telah menemukan jika atlet memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami gangguan irama jantung atau fibrilasi atrium. Namun meski begitu ini bukan menandakan jika sering berolahraga menyebabkan gangguan irama jantung, melainkan atlet diketahui berkaitan dengan gangguan irama jantung.

Atlet adalah profesi yang mengharuskan untuk sering berolahraga sehingga mereka akan aktif secara fisik. Seseorang yang aktif secara fisik tentu akan sering mengalami peningkatan detak jantung secara berkala, dan hal tersebut kurang baik untuk seseorang yang memiliki faktor-faktor timbulnya aritmia.

Hal ini juga bisa diperkuat apabila atlet tersebut bermain di cabang olahraga campuran seperti sepakbola, sehingga memiliki risiko aritmia yang lebih tinggi dibandingkan dengan mereka atlet yang bermain di cabang olahraga ketahanan seperti berlari dan berenang. "Kejadian aritmia lebih tinggi terutama pada atlet karena latihan yang intensif sehingga beban jantung juga semakin tinggi dibandingkan orang awam yang melakukan olahraga," ungkapnya. 

Dengan latihan ini akan menyebabkan adanya penebalan otot jantung yang akan meningkatkan risiko aritmia jantung. 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement