Rabu 09 Aug 2023 07:43 WIB

AS Ejek Rencana Rusia Kirim 50 Ribu Ton Biji-Bijian Gratis untuk 6 Negara Afrika

Rusia kirim 50 ribu ton, sedangkan BSGI capai 20 juta ton biji-bijian

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Esthi Maharani
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken mengejek Rusia terkait rencananya mengirimkan sekitar 50 ribu ton komoditas biji-bijian gratis ke negara-negara Afrika.
Foto: AP/Efrem Lukatsky
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken mengejek Rusia terkait rencananya mengirimkan sekitar 50 ribu ton komoditas biji-bijian gratis ke negara-negara Afrika.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken mengejek Rusia terkait rencananya mengirimkan sekitar 50 ribu ton komoditas biji-bijian gratis ke negara-negara Afrika. Blinken berpendapat, tawaran Rusia “menggelikan” karena berusaha menggantikan bobot pasokan dari kesepakatan koridor gandum Laut Hitam atau Black Sea Grain Initiative (BSGI) yang saat ini tak berlaku karena Moskow menolak memperpanjang masa aktifnya.

“Apa yang Rusia usulkan adalah mengirimkan biji-bijian ke enam negara (Afrika), sekitar 50 ribu ton. BSGI mengirimkan 20 juta ton ke negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah,” kata Blinken dalam sebuah wawancara dengan BBC, Selasa (8/8/2023).

Baca Juga

“Dengan kata lain, apa yang Rusia usulkan sebagai kompensasi karena keluar dari perjanjian (BSGI) hanya setetes dari yang didapat negara dan apa yang mereka butuhkan," tambah Blinken.

Dalam wawancara tersebut, Blinken turut menyisipkan sanggahan atas keterangan Rusia yang menyebut bahwa mayoritas komoditas biji-bijian yang dikirim di bawah BSGI dinikmati negara-negara kaya. Blinken mengatakan, lebih dari 50 persen dari semua ekspor yang diproses berdasarkan BSGI, dikirim ke Afrika. Termasuk sekitar dua pertiga dari keseluruhan gandum yang diekspor Ukraina.

Blinken pun membantah tentang adanya sanksi yang membidik ekspor komoditas pertanian Rusia. Hal itu diketahui menjadi salah satu alasan Moskow enggan memperpanjang BSGI. "Sanksi kami sejak hari pertama membebaskan gandum, biji-bijian, pengiriman, asuransi Rusia, semua yang diperlukan untuk memindahkannya ke seluruh dunia. Seperti yang saya katakan, kami ingin makanan dan biji-bijian semua pihak sampai ke mana pun yang diperlukan," ucapnya.

Akhir bulan lalu Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan akan mengirimkan hingga 50 ribu metrik ton komoditas biji-bijian gratis untuk enam negara Afrika paling membutuhkan. Janji tersebut sudah disampaikan Putin ketika Rusia memutuskan keluar atau tak lagi memperpanjang masa aktif BSGI.

“Saya telah mengatakan bahwa negara kami dapat menggantikan biji-bijian Ukraina, baik secara komersial maupun sebagai bantuan hibah, untuk negara-negara Afrika yang paling membutuhkan. Terlebih lagi karena kami mengharapkan rekor panen lainnya tahun ini,” kata Putin saat berbicara di KTT Rusia-Afrika yang digelar di St.Petersburg, 27 Juli 2023 lalu, dikutip kantor berita Rusia, TASS.

Putin pun menyebutkan negara-negara Afrika yang kemungkinan akan menerima komoditas biji-bijian Rusia secara gratis. “Dalam tiga hingga empat bulan ke depan, kami akan siap mengirim 25 hingga 50 ribu metrik ton biji-bijian secara gratis ke masing-masing Burkina Faso, Zimbabwe, Mali, Somalia, Republik Afrika Tengah, dan Eritrea. Kami juga akan memberikan pengiriman gratis produk ini kepada konsumen,” ucapnya.

Pada kesempatan itu, Putin turut menjelaskan tentang penerapan BSGI. Dia mengungkapkan, sejak perjanjian itu disepakati Rusia dan Ukraina pada Juli 2022, sebanyak 32,8 juta ton kargo diekspor dari Ukraina. Namun Putin menyoroti fakta bahwa lebih dari 70 persen dari komoditas biji-bijian Ukraina, termasuk gandum, dikirim ke negara-negara berpenghasilan tinggi dan menengah ke atas.

Putin menambahkan, pangsa negara-negara seperti Ethiopia, Sudan, dan Somalia hanya menyumbang kurang dari tiga persen dari total komoditas biji-bijian yang sudah dikirim dari Ukraina. Artinya kurang dari 1 juta ton biji-bijian yang sampai ke negara-negara Afrika terkait. Putin merasa bahwa hal itu telah mengingkari tujuan dari disepakatinya BSGI, yakni memastikan ketahanan pangan global dan membantu negara-negara termiskin, termasuk di Afrika.

Rusia telah menolak memperpanjang masa aktif BSGI yang berakhir pada 18 Juli 2023 lalu. Alasan utama Rusia menolak memperpanjang BSGI adalah karena ia merasa ketentuan terkait kepentingan Rusia dalam kesepakatan itu tidak dilaksanakan. Tuntutan terkait penyambungan kembali Bank Pertanian Rusia (Rosselkhozbank) ke sistem pembayaran SWIFT, misalnya, belum direalisasikan. Sanksi Barat yang menyebabkan komoditas pertanian dan pupuk Rusia tak bisa memasuki pasar global juga tak kunjung dicabut.

Alasan lain mengapa Rusia enggan memperpanjang BSGI adalah karena ia merasa kesepakatan tersebut sudah melenceng dari tujuan awal, yakni untuk memperlancar pengiriman komoditas pangan ke negara-negara membutuhkan. Namun Moskow menilai Ukraina secara terang-terangan “mengkomersialkan” BSGI dan mengirim produk pertaniannya ke negara-negara maju, terutama Eropa.

Masa aktif BSGI telah diperpanjang tiga kali, yakni pada November 2022, serta Maret dan Mei 2023. Pelabuhan-pelabuhan Ukraina di Laut Hitam diblokade setelah Rusia melancarkan agresi ke negara tersebut pada Februari 2022 lalu. Pada Juli 2022, Rusia dan Ukraina dengan bantuan mediasi Turki serta PBB menyepakati BSGI. Kesepakatan tersebut diteken di tengah kekhawatiran terjadinya krisis pangan global akibat konflik Rusia-Ukraina.

Lewat BSGI, Moskow memberikan akses bagi Ukraina untuk mengekspor komoditas pertaniannya lewat tiga pelabuhannya di Laut Hitam. Sebagai gantinya, Moskow meminta operasi ekspor pertaniannya, termasuk pupuk, dibebaskan dari sanksi Barat. Rusia telah beberapa kali menyampaikan bahwa bagian dalam BSGI terkait pembebasan ekspor komoditas pertaniannya dari sanksi belum terealisasi. Hal itu menjadi salah satu faktor Moskow ingin keluar dari BSGI.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement