Jumat 11 Aug 2023 21:11 WIB

Pangeran Harry Terkesan, Merasa Bakal Bahagia Tinggal di Jepang

Pangeran Harry juga menyukai steak Kobe.

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Reiny Dwinanda
Pangeran Harry dari Inggris. Harry melawat ke Jepang tanpa istrinya, Meghan Markle.
Foto: EPA-EFE/ANDY RAIN
Pangeran Harry dari Inggris. Harry melawat ke Jepang tanpa istrinya, Meghan Markle.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pangeran Harry memberikan sinyal bahwa ada lokasi yang menyenangkan untuk dihuni, dan itu bukan Hollywood. Hal tersebut terungkap setelah dia melakukan perjalanan solonya ke Tokyo, Jepang.

Harry mengungkapkan itu saat menemu banyak orang di acara International Sports Promotion Society (ISPS) Sports Values, Edisi Musim Panas. Dia menyebut bahwa dia akan "hidup bahagia" di negara Asia Timur itu.

Baca Juga

"Pertama-tama, halo semuanya," kata Harry saat bergabung dengan panel di atas panggung untuk diskusi tentang olahraga, komunitas, dan filantropi dalam acara yang digelar Rabu (9/8/2023).

"Saya telah terlibat dalam banyak program amal selama sebagian besar hidup saya, dan saya mendapatkan banyak kepuasan dengan memberikan kembali kepada sebanyak mungkin orang. Hidup saya adalah amal, selalu begitu, akan selalu begitu," kata dia.

"Kehangatan kalian, kasih sayang kalian, kemurahan hati kalian, setiap elemen budaya Jepang benar-benar unik dan sangat, sangat istimewa," ucapnya.

"Saya melihatnya sebagai kunjungan pertama saya empat tahun lalu ketika saya datang untuk Piala Dunia Rugbi. Dan saya akan senang tinggal di sini jika kalian berkenan," ungkap dia.

Pangeran Harry kemudian memuji masakan lokal Jepang. Dia mengatakan bahwa dia menyukai steak Kobe yang terasa luar biasa, baik untuk makan malam dan makan siang.

"Terima kasih atas keramahan kalian. Saya benar-benar menikmati berada di sini, di Jepang lagi dan saya menantikan kunjungan saya berikutnya," kata Harry.

Selain Harry dan pemain polo Argentina Nachos Figeuras, hadir pula sesama panelis termasuk pendiri SPS Dr Haruhisa Handa, Ketua Sentebale Sophie Chandauka, mantan pemain rugby Selandia Baru dan duta besar SPS Dan Carter, rektor dan wakil rektor Universitas Stellenbosch Afrika Selatan Profesor Wim de Villiers, dan veteran Angkatan Laut Australia dan peraih medali emas Invictus Games Steve James.

Pada 2014, Harry mendirikan Invictus Games, sebuah acara olahraga banyak cabang untuk prajurit dan wanita yang terluka, cedera, dan sakit. Saat berada di puncak, dia merenungkan kekuatan penyembuhan lewat olahraga dan pentingnya kerja sama tim.

"Saya sudah lama percaya bahwa olahraga adalah saluran untuk penyembuhan, tidak hanya untuk pikiran dan tubuh tetapi juga dunia," kata dia.

Pelajaran yang di pelajari mereka saat berada di lapangan adalah prinsip filantropi yang sama, bahwa misi, kerja keras, dedikasi, dan kemitraan, dapat membuat hal yang tidak mungkin menjadi mungkin.

"Baik bersatu dalam kemenangan atau tampil dengan rasa hormat saat kalah, tidak ada yang pernah melewati garis finis atau mencetak gol tanpa bantuan dan kepercayaan orang lain. Bagi saya, itulah kekuatan olahraga," papar dia.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement