Senin 14 Aug 2023 00:03 WIB

Ganjar Sowan ke Kediaman Istri Gus Dur di Ciganjur

Capres PDIP Ganjar Pranowo mendatangi ke kediaman istri Gus Dur di Ciganjur.

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Bilal Ramadhan
Capres PDIP, Ganjar Pranowo. Capres PDIP Ganjar Pranowo mendatangi ke kediaman istri Gus Dur di Ciganjur.
Foto: Republika/Bowo pribadi
Capres PDIP, Ganjar Pranowo. Capres PDIP Ganjar Pranowo mendatangi ke kediaman istri Gus Dur di Ciganjur.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bakal calon presiden dari PDI Perjuangan, Ganjar Pranowo, sowan ke kediaman istri Presiden RI Keempat Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, Sinta Nuriyah, di Ciganjur, Jakarta Selatan. Pada kesempatan itu, Ganjar mengaku menjadikan sosok Gus Dur dan Abdul Wahid Hasyim, ayah Gus Dur, sebagai inspirasi dalam bernegara.

"Pertama, terkait hukum, seperti diceritakan Gus Dur dalam tulisannya, hukum positif yang berlaku di Indonesia telah mengakomodasi aspek penting dalam hukum Islam atau syariat di dalamnya, yaitu ketahanan (deterrence)," kata Ganjar dalam keterangan persnya, Ahad (13/8/2023).

Baca Juga

Menurut Gubernur Jawa Tengah itu, hukum positif ke depan perlu adil dan bisa ditegakkan tanpa pandang bulu seperti yang dicita-citakan Gus Dur dan Wahid Hasyim. "Bukan tumpul ke bawah dan tajam ke atas, kemudian menjadi kunci keberhasilan negara atas rakyatnya. Dalam hal ini, adalah mewujudkan baldatun thoyibatun wa rabun ghofur," kata Ganjar.

Kepada Sinta, Ganjar juga mengaku belajar dari Gus Dur dan Wahid Hasyim untuk menerima Pancasila sebagai azas tunggal. Dengan menjadi azas tunggal, perjuangan-perjuangan dalam memakmurkan dan memajukan Indonesia seperti diamanatkan dalam lima sila Pancasila dapat diwujudkan.

"Dengan begitu, kata Gus Dur, perjuangan-perjuangan memakmurkan dan memajukan Indonesia seperti amanat dalam lima sila Pancasila bisa diwujudkan. Khususnya terkait mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh masyarakat Indonesia," ujar dia.

Ganjar dalam pembicaraan dengan Sinta juga berbicara mengakui sempat tidak memahami maqashidu syar’iah atau maksud-maksud hukum Islam. Ganjar mengaku baru dapat memahaminya berkat tulisan-tulisan dan pemikiran Gus Dur.

"Dari tulisan dan pemikiran Gus Dur, lah saya mengetahuinya. Bahwa di dalamnya ada unsur hifzul mal (menjaga harta), hifzul nafs (menjaga jiwa), hifzul din (menjaga agama), hifzul aql (menjaga akal), dan hifzul nasl (menjaga keturunan)," kata dia.

"Semua unsur itu seperti diungkapkan Gus Dur yang menjadi dasar ulama-ulama NU, termasuk Kiai Wahid Hasyim untuk kemudian memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Sebab, semua hal tersebut mustahil terwujud di bawah penjajahan," sambung dia.

Ganjar kepada Sinta juga mengaku bangga jika disebut sebagai santri dari Gus Dur, karena gagasan mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) itu sesuai untuk bangsa.

"Sejak lama, kalau ada orang tanya, saya sering dengan bangga mengaku sebagai santri Gus Dur, karena saya merasa gagasan Gus Dur memang tepat untuk bangsa ini dan saya jadikan landasan dalam mengemban setiap jabatan politik yang diamanahkan kepada saya, bahkan makin kemari seluruh gagasan Gus Dur makin relevan," ujar dia.

Ganjar kemudian menyinggung soal masalah intoleransi yang belakangan terjadi di Indonesia yang bisa selesai dengan menggunakan pendekatan gagasan Gus Dur. Menurut dia, dewasa ini pun ketika sedang menghadapi ancaman ketidakpastian keamanan global, apa yang Gus Dur lakukan saat menjadi presiden telah mengajarkan cara untuk menjadikan Indonesia pemain penting di dunia.

"Kunjungan-kunjungan Gus Dur ke luar negeri, ke berbagai negara, telah membuat kepala Indonesia kembali tegak setelah terpuruk akibat krismon," ujar dia.

Ganjar kemudian mengatakan, kedatangan ke kediaman Sinta sebagai bentuk sowan dari santri kepada istri dari ulama yang dikagumi. Kunjungan itu juga dia lakukan dengan harapan bisa mendapatkan doa, dukungan dan ijazah. Sehingga perjuangannya sebagai santri yang dipercaya menjadi bakal calon presiden bisa tetap selaras dengan gagasan-gagasan Gus Dur.

"Sebab, saya percaya bernegara pun perlu sanad yang baik. Dan, bersanad ke Gus Dur tentu bagian dari jalur terbaik. Bahkan, bukan hanya dalam taraf bernegara, begitupun dalam beragama," lanjut Ganjar.

Di dalam pembicaraan dengan Sinta juga berbicara tentang pernikahan dengan Atikoh yang diketahui berstatus anak dari Kiai Hisyam Kalijaran. Ganjar menjelaskan, dia menerima pesan dari sang mertua saat hendak menikahi Atikoh agar bisa membangun rumah tangga meneladani keluarga Kiai Wahid Hasyim.

"Saya tanya alasannya, kenapa harus keluarga Wahid? Jawaban mertua saya singkat saja. Keluarga Wahid itu suksesnya dua. Sukses dunia dan akhirat," kata dia menirukan pembicaraan dengan sang mertua.

"Maka, ketika hari ini saya diberi kesempatan untuk bersilaturahmi, saya sangat senang sekali. Saya ingin tanya apa rahasia kesuksesan keluarga Wahid itu kepada Bu Shinta, Mbak Yenny, Mbak Alisa, dan keluarga," sambung dia.

Ganjar kepada Sinta juga tidak lupa meminta restu agar perjuangan memajukan dan menyejahterakan Indonesia diperlancar. "Berbekal restu dan dukungan dari Bu Nyai Shinta, saya yakin perjuangan untuk kemajuan Indonesia yang sedang kami ikhtiarkan bersama akan semakin mudah dan berkah," kata dia.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement