REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengakui dirinya yang baru tahu kerap disebut ‘Pak Lurah’ oleh sebagian partai politik (parpol). Jokowi merujuk pada kegiatan Pemilihan Umum Februari mendatang.
“Sedang tren kalau ditanya siapa pilihan calon presiden, dijawab belum ada arahan ‘pak lurah’, saya sempat mikir siapa 'pak lurah', belakangan saya tahu ‘pak lurah’ itu saya,"kata Jokowi dalam pidato kemerdekaan RI di Gedung Nusantara yang disiarkan langsung, Rabu (16/8/2023).
Jokowi menegaskan sesuai ketentuan Undang-Undang, tentu bukan wewenang presiden untuk mengurusi pemilihan presiden berikutnya. Meski dia paham bahwa mungkin sudah nasib seorang mantan presiden dijadikan patokan atau tameng bahkan sebelum kampanye digulirkan.
“Saya jawab saya bukan lurah, saya adalah Presiden RI, ternyata 'Pak Lurah' itu kode, jadi perlu saya tegaskan saya bukan 'Pak Lurah',” ujar Jokowi.
Dalam pidatonya, Jokowi juga membahas terkait peran seorang presiden yang sebenarnya sering kali tidak nyaman dalam hal tertentu. Banyak yang mengira jadi presiden itu enak.
Padahal, kata Jokowi, ada banyak tugas dan tanggung jawab yang harus dikerjakan seorang pemimpin negara. Jokowi kemudian membahas perilaku masyarakat di media sosial, potensi besar Indonesia dalam bidang ekonomi, dan capaian-capaian selama jabatan pemerintahaannya.
“Siapa pun yang jadi presidennya, kita bukan sedang lari sprint tapi harusnya lari marathon untuk mencapai Indonesia Emas,” tegas Jokowi.
Presiden Jokowi menambahkan tantangan ke depan tidaklah mudah, pilihan kebijakan akan semakin sulit, sehingga dibutuhkan keberanian, kepercayaan dan keputusan yang tidak populer. Maka penting bagi pemimpin itu harus punya kepercayaan publik.
Dalam pidatonya, Jokowi mengenalan pakaian adat Maluku Tanimba. Selesai acara, Jokowi bersalaman dan bertegur sapa dengan seluruh jajaran pemerintah yang hadir.