Jumat 18 Aug 2023 07:36 WIB

Petani Ukraina Kebingungan Jual Hasil Panen

Penyumbatan pelabuhan oleh Rusia telah membuat pengiriman biji-bijian menjadi mahal.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nidia Zuraya
Petani dari pertanian Voznesenka-Agro memanen bersama mereka di truk di ladang gandum tidak jauh dari Melitopol, Ukraina selatan, Kamis, 14 Juli 2022.
Foto: AP Photo
Petani dari pertanian Voznesenka-Agro memanen bersama mereka di truk di ladang gandum tidak jauh dari Melitopol, Ukraina selatan, Kamis, 14 Juli 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Victor Tsvyk memanen 4.800 ton gandum bulan ini, tetapi dia kebingungan untuk menjual hasil tersebut. Rusia memutuskan keluar dari kesepakatan yang memungkinkan Ukraina mengirimkan biji-bijian ke dunia.

Petani itu biasanya mengekspor hingga 90 persen hasil panennya dari pelabuhan selatan Odesa. Menghadapi krisis, hasil panennya 20 persen lebih tinggi dibandingkan tahun lalu, yang akan menjadi anugerah di masa damai.

Baca Juga

Namun dalam perang, terlalu tinggi biaya logistik dan penyumbatan pelabuhan oleh Rusia telah membuat pengiriman biji-bijian menjadi terlalu mahal baginya.

Tsvyk adalah satu dari ribuan petani Ukraina yang menghadapi dilema serupa. “Terlalu menyakitkan untuk dibicarakan,” kata pria berusia 67 tahun itu ketika ditanya tentang bayangan di masa depan.

Bulan lalu, Rusia menarik diri dari kesepakatan yang ditengahi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Turki untuk memberikan perlindungan bagi kapal yang membawa biji-bijian Ukraina melalui Laut Hitam. Moskow sejak itu meningkatkan serangan terhadap pelabuhan Ukraina dan infrastruktur biji-bijian. Sementara Ukraina telah menyerang salah satu pelabuhan Rusia, menyebabkan harga gandum dan jagung berzigzag di pasar global.

Sementara negara-negara di seluruh dunia mendesak pemulihan kesepakatan biji-bijian, justru pertempuran semakin intensif di Laut Hitam. Kondisi ini membuat para petani Ukraina bertanya-tanya cara bertahan dalam bisnis dan menyediakan makanan yang sangat penting bagi orang-orang di negara berkembang yang berjuang melawan kelaparan.

Tsvyk tidak tahu apa yang akan dilakukan dengan hasil panennya atau bagaimana dia akan tetap membayar 77 pekerjanya. “Apa yang bisa saya rasakan dalam situasi ini? Ini adalah kesedihan besar bagi semua orang,” katanya.

Peternakan Tsvyk yang luas di Shurivka, 120 kilometer dari Kiev, tidak hanya menghasilkan gandum tetapi juga keju dan jus kambing yang berkualitas. Kambing mengunyah jerami dan para pekerja bekerja keras sepanjang waktu, mengubah susu menjadi minuman keju, kefir, dan yogurt yang dikemas dalam botol dan dikirim untuk dijual ke seluruh Ukraina.

Sementara empat karyawan Tsvyk telah pergi untuk bergabung dalam pertarungan, yang tersisa telah memanen dan menyimpan gandumnya. Mereka sekarang sedang menyemai tanahnya yang luas, bersiap untuk musim berikutnya.

Nada ketidakpastian menggantung berat. Biji-bijian adalah sumber pendapatan utama pertanian, dan pelabuhan Odesa yang sekarang diblokir adalah pintu gerbang utama untuk berdagang dengan dunia.

Produk Tsvyk sampai ke India dan negara-negara miskin di Afrika Utara. Sekarang, dengan satu-satunya pilihan lain adalah rute darat melalui kereta api dan sungai yang lebih mahal untuk mencapai Eropa.

Lonjakan biaya transportasi gandum mengikis pendapatan Tsvyk tahun lalu. Setiap langkah dalam rantai pasokan telah menaikkan harga karena risiko yang terkait dengan perang, menyebabkan beberapa petani beralih ke produk lain, seperti minyak bunga matahari, untuk mendapatkan keuntungan.

Ahli agronomi tepercaya Tsvyk, Oleksandr Sivogorlo, mengatakan, bahwa untung atau tidak untung, tanah tidak bisa diabaikan. “Ada beberapa rute terbatas (untuk ekspor) melalui Danube (Sungai), tapi sangat terbatas,” kata Sivogorlo.

Terlebih lagi upaya ini telah memicu penolakan dari negara-negara tetangga. Kondisi ini pun membuat biji-bijian hasil pertanian Tsvyk dan petani Ukraina lainnya kemungkinan besar akan disimpan di depot penyimpanan, menyebabkan kerugian puluhan ribu dolar.

Tahun lalu, Tsvyk memiliki 1.500 ton biji-bijian yang tidak dapat dijual. Tahun ini, dia takut mungkin tidak bisa menjual apapun.

Penjualan yang tertahan ini berarti banyak petani tidak menanam sebanyak mungkin. Para analis menyatakan, produksi jagung dan gandum di Ukraina yang bergantung pada pertanian turun hampir 40 persen tahun ini dari tingkat sebelum perang.

Peternakan sedang melakukan skema barter dengan pemasok. Sebagian hasil panen ditukar dengan pupuk yang lebih baik untuk menghasilkan gandum berkualitas lebih tinggi tahun depan.

Pertanian Tsvyk juga akan menghasilkan berbagai produk yang  dapat dijual tanpa menimbulkan biaya selangit, seperti bunga matahari dan minyak rapeseed. Tindakan ini pun dinilai mengurangi ketergantungannya pada ekspor biji-bijian.

“Kami menutupi kerugian kami dengan produk ini. Dan apa yang akan terjadi dengan tanaman gandum kita, sulit dikatakan pada saat ini, semuanya tergantung pada ekspor," kata Sivogorlo.

Tindakan itu adalah strategi yang digunakan Tsvyk pada saat putus asa untuk mempertahankan pertanian tetap bertahan. Tapi dia tidak berharap mendapat untung, asal balik modal sudah merupakan kondisi terbaik yang bisa dia harapkan. 

sumber : AP
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement