Rabu 23 Aug 2023 20:19 WIB

Warga Korsel tidak Peduli dengan Simulasi Perlindungan dalam Latihan Perang

Korsel mengadakan latihan pertahanan udara nasional pertamanya sejak 2017.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nidia Zuraya
Warga beraktivitas di Seoul Railway Station, Seoul, Korea Selatan. ilustrasi
Foto: AP Photo/Ahn Young-joon
Warga beraktivitas di Seoul Railway Station, Seoul, Korea Selatan. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Sirine berbunyi pada Rabu (23/8/2023) ketika Korea Selatan mengadakan latihan pertahanan udara nasional pertamanya dalam enam tahun untuk melawan ancaman nuklir dan rudal Korea Utara yang meningkat. Tetapi, banyak warga Korea Selatan mengabaikan bunyi sirine itu untuk mencari perlindungan. 

Sirene serangan udara berbunyi pada Rabu pukul 14.00 siang waktu setempat di pusat Kota Seoul.  Tokoh masyarakat berjaket kuning dan memakai topi berlogo “Pertahanan Sipil” meminta masyarakat turun dari jalan sekitar 15 menit sebelum kewaspadaan diredakan.

Baca Juga

Namun, banyak pejalan kaki yang mengabaikan permintaan tersebut atau mencari tempat berlindung atau bersembunyi di ruang bawah tanah yang telah disediakan.

“Saya tidak tahu tentang latihan itu. Dan orang-orang tampaknya tidak terlalu memedulikannya. Saya juga tidak percaya akan ada perang yang sebenarnya,” kata Na Eun, seorang desainer arsitektur berusia 52 tahun, kepada Reuters.

Park Joo-ui, seorang pemimpin komunitas Distrik Jongno di Seoul, telah membagikan selebaran yang berisi pemberitahuan tentang latihan militer tersebut. Park mengaku bingung dengan ketidakpedulian publik terhadap simulasi perlindungan ini.

“Bagaimana kita bisa bersiap menghadapi krisis jika kita tidak mendapatkan dukungan dari masyarakat selama latihan ini? Orang-orang tidak tertarik,” kata Park.

Pengemudi di sekitar 200 wilayah di seluruh negeri telah diminta untuk berhenti di sisi jalan. Orang-orang di hampir 500 supermarket, bioskop, dan fasilitas umum lainnya dipandu untuk mengungsi.

Di tempat parkir bawah tanah gedung perkantoran besar di Seoul, ratusan pekerja kantor berkumpul mengikuti instruksi dari instruktur pertahanan sipil melalui megafon. Beberapa orang tampak menyeruput kopi dan beberapa yang lainnya mengeluh tentang tidak adanya AC.

“Yah, saya tidak tahu apakah ini akan terjadi, tetapi jika terjadi pengeboman, tempat perlindungan semacam ini tidak berguna, meskipun masih berguna untuk mengetahui di mana tempat perlindungan itu melalui bor,” kata seorang bankir wanita yang tidak mau disebutkan namanya.

Institusi medis dan transportasi umum beroperasi normal. Di beberapa daerah yang berbatasan dengan Korea Utara, penduduk menghadapi skenario tambahan, termasuk pelatihan kimia, biologi, dan radiologi, mengenakan masker gas dan menggunakan jatah makanan darurat.

Latihan pertahanan sipil Ulchi diluncurkan pada tahun 1969 setelah serangan pasukan komando Korea Utara ke kompleks kepresidenan di Seoul. Ada sekitar 17 ribu tempat penampungan yang dibangun di seluruh negara berpenduduk 52 juta jiwa tersebut. Namun, pelatihan pertahanan udara tersebut belum dilakukan sejak 2017.

Pada akhir Mei, Seoul mendapatkan kecaman setelah mengeluarkan peringatan serangan udara palsu dan peringatan evakuasi setelah peluncuran satelit Korea Utara yang gagal. Hal itu memicu kepanikan di antara beberapa penduduk.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement