Jumat 25 Aug 2023 21:25 WIB

Ini Karakter Pimpinan Nasional yang Diharapkan Muncul dari Hasil Pilpres 2024

Pilpres jadi momentum krusial menentukan arah Indonesia 2 dekade mendatang.

Webinar nasional Moya Institute bertajuk Proklamasi: Peluang dan Tantangan Pemimpin Menyongsong
Foto: moya institute
Webinar nasional Moya Institute bertajuk Proklamasi: Peluang dan Tantangan Pemimpin Menyongsong

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepemimpinan nasional hasil kontestasi politik 2024 harus memiliki kemampuan navigasi untuk membawa bangsa melampaui dinamika internasional agar kepentingan nasional tetap tercapai. Persatuan dan kesatuan menjadi prioritas dan modal utama.

"Oleh karena itu, pemimpin nasional yang ideal adalah yang mampu memupuk dan mengokohkan persatuan serta kesatuan bangsa di tengah tantangan global dan domestik yang semakin kompleks. Pemimpin itu harus mampu membangun konsensus nasional dan memastikan seluruh bangsa Indonesia jadi bagian dari upaya mencapai Indonesia Emas 2045," ujar pemerhati isu-isu strategis dan global, Prof Imron Cotan, dalam webinar nasional Moya Institute bertajuk "Proklamasi: Peluang dan Tantangan Pemimpin Menyongsong 'Indonesia Emas 2045'," Jumat(25/8/2023).

Baca Juga

Menurut Imron, Pilpres 2024 menjadi kesempatan bagi rakyat Indonesia untuk memilih pemimpin yang memiliki komitmen kuat terhadap persatuan dan kesatuan nasional. Pemimpin tersebut harus mampu membangun jembatan komunikasi antara berbagai kelompok masyarakat, memastikan bahwa setiap suara didengar, dan dalam mengambil keputusan mempertimbangkan kepentingan bersama.

"Pilpres menjadi momentum krusial dalam menentukan arah Indonesia di dua dekade mendatang. Pemilih harus mempertimbangkan calon yang tidak hanya memiliki visi internasional yang jelas, tetapi juga komitmen kuat untuk memajukan kepentingan domestik," kata Imron.

Rektor Universitas Jenderal Achmad Yani, Prof Hikmahanto Juwana, mengatakan bahwa 'Indonesia Emas 2045' menjadi sasaran besar yang ingin diwujudkan menuju seratus tahun Republik Indonesia (RI). Siapapun yang memegang tampuk kepemimpinan nasional selanjutnya harus mampu menggelorakan semangat dan cara pandang bahwa Indonesia dapat menjadi negara super power. "Guna mencapai keinginan tersebut, maka siapa saja calon presiden yang telah ditetapkan oleh KPU perlu memiliki komitmen untuk menolak intervensi luar negeri yang berupaya mengendalikan kita," ujarnya.

Politikus reformasi, Fahri Hamzah, menekankan bahwa pemimpin yang akan datang seharusnya meneruskan program pembangunan Presiden RI Jokowi sehingga terjadi kesinambungan. Termasuk program pembangunan IKN.

Fahri juga berpendapat bahwa Indonesia saat ini tengah berada dalam perjalanan menuju cita-cita yang dituliskan oleh para pendiri bangsa dalam Pembukaan UUD 1945. Salah satu dari empat tujuan itu menempatkan Indonesia dalam perspektif internasional.

"Negara ini dirancang untuk menjadi pemain global. Tak lama setelah proklamasi, kita menjadi pemain global, misalnya dengan adanya Konferensi Asia-Afrika yang menginspirasi bangsa-bangsa di dunia. Jangan lupa, salah satu tujuan bangsa ini bersifat global, yaitu melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial," ujar Fahri.

Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, Prof Abdul Mu’ti, berpendapat ada empat kedaulatan yang penting diperkuat untuk mencapai 'Indonesia Emas 2045'. Pertama, kedaulatan politik yang substansinya adalah menentukan nasib sendiri, sesuai UUD 1945. Kedua, kedaulatan wilayah untuk mengoptimalkan semua yang terkandung di dalam bumi Indonesia. Ketiga, kedaulatan budaya yang menunjukkan kita memiliki kekhasan dan karakter unik sebagai bangsa Indonesia. Terakhir, kedaulatan posisi internasional untuk menciptakan perdamaian dunia.

"Agar keempat kedaulatan tersebut menjadi pondasi menuju 'Indonesia Emas 2045', kekuatan penopangnya ada pada sumber daya manusia, yakni jumlah penduduk terdidik, ekonomi yang tangguh, serta memiliki pemimpin visioner yang mampu memaksimalkan daya tawar Indonesia di dunia internasional," ujar Mu'ti menjelaskan. "Untuk itu, program pemerintah baru nanti haruslah merupakan kesinambungan, tidak diubah-ubah dan dimulai dari titik nol lagi."

Direktur Eksekutif Moya Institute, Hery Sucipto, mengatakan, Indonesia harus mampu melahirkan pemimpin nasional yang berkualitas dan unggul dalam setiap era pemerintahan. Menurut Hery, modal kuat yang harus dimiliki oleh para pemimpin masa depan adalah kemampuan untuk menciptakan, menjaga, dan memupuk persatuan serta kesatuan bangsa.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement