REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Ketika ada orang yang meninggal maka wajib bagi orang yang hidup untuk mengurus jenazahnya. Jumhur ulama sepakat hukum mengurus jenazah adalah fardhu kifayah.
Maka pahala yang besar bagi orang yang mengurus jenazah dari memandikan, mengkafani, menggali kubur, mensholatkan, hingga menguburkannya.
Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits:
عَنْ أَبِي رَافِعٍ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ غَسَلَ مَيِّتًا فَكَتَمَ عَلَيْهِ غُفِرَ لَهُ أَرْبَعِيْنَ مَرَّةً وَمَنْ كَفَّنَ مَيِّتًا كَسَاهُ اللهُ مِنَ السُّنْدُسِ وَاِسْتَبْرَقِ الْجَنَّةِ وَمَنْ حَفَرَ لِمَيِّتٍ قَبْرًا فَأَجَنَّهُ فِيْهِ أُجْرِىَ لَهُ مِنَ الْأَجْرِ كَأَجْرِ مَسْكَنٍ أَسْكَنَهُ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ .رواه الحاكم وقال هذا حديث صحيح على شرط مسلم
Artinya: “Diriwayatkan dari Abu Rafi’, Rasulullah Saw bersabda: Barangsiapa memandikan mayit lalu menutupi keburukannya, maka ia akan diampuni 40 kali. Barangsiapa mengafani mayit maka Allah memberinya pakaian sutra halus dan sutra tebal dari surga. Barangsiapa menggali kubur untuk mayit, lalu menutupnya maka ia mendapat pahala seperti rumah yang akan ia tempati sampai hari kiamat” (HR al-Hakim, ia berkata: Hadis sahih, sesuai kriteria Muslim)
Dalam memandikan jenazah, Rasulullah SAW memberikan tuntunan agar menggunakan daun widara dan kapur dengan jumlah ganjil.
عَنْ أُمِّ عَطِيَّةَ رضى الله عنها قَالَتْ تُوُفِّيَتْ إِحْدَى بَنَاتِ النَّبِىِّ صلى الله عليه وسلم فَأَتَانَا النَّبِىُّ صلى الله عليه وسلم فَقَالَ اغْسِلْنَهَا بِالسِّدْرِ وِتْرًا ثَلاَثًا أَوْ خَمْسًا أَوْ أَكْثَرَ مِنْ ذَلِكَ إِنْ رَأَيْتُنَّ ذَلِكَ وَاجْعَلْنَ فِى الآخِرَةِ كَافُورًا أَوْ شَيْئًا مِنْ كَافُورٍ .رواه البخارى
Artinya: Diriwayatkan dari Ummi Athiyah bahwa ketika salah satu putri Rasulullah wafat; lalu Rasulullah mendatangi kami dan bersabda: ”Mandikanlah dengan daun widara secara ganjil, 3 kali, 5 kali atau lebih. Campurkan sedikit kapur di bagian akhir basuhan” (HR Bukhari).