Jumat 01 Sep 2023 21:17 WIB

Keterlibatan Ayah dalam Pengasuhan Tingkatkan Kesehatan Fisik dan Mental Anak

Di banyak negara, makin banyak ayah memanfaatkan cuti ayah.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Qommarria Rostanti
Ayah terlibat dalam pengasuhan anak (ilustrasi). Keterlibatan ayah dalam merawat anak bermanfaat bagi kesehatan fisik dan mental.
Foto: MGROL100
Ayah terlibat dalam pengasuhan anak (ilustrasi). Keterlibatan ayah dalam merawat anak bermanfaat bagi kesehatan fisik dan mental.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah penelitian terbaru dari Jepang menemukan, semakin banyak keterlibatan ayah dalam merawat anak-anak mereka, semakin besar kemungkinan anak-anak tersebut memiliki kesehatan fisik dan mental yang baik. Penelitian ini melibatkan lebih dari 28 ribu anak.

Di banyak negara, semakin banyak ayah yang memanfaatkan cuti paternity leave (cuti ayah) untuk lebih terlibat dalam mengasuh anak-anak mereka. Melihat pergeseran ini, para peneliti Jepang melakukan penelitian untuk menilai dampak dari meningkatnya keterlibatan ayah terhadap kesehatan anak.

Baca Juga

Penelitian ini didasarkan pada data dari 28.050 anak dari kelompok kelahiran terbesar di Jepang. Tingkat keterlibatan diukur berdasarkan tanggapan para ayah yang terlibat dalam studi, dimana mereka diminta untuk meningkatkan frekuensi partisipasi mereka dalam mengganti popok bayi, memberi makan, atau menidurkan bayi. Para peneliti kemudian menganalisis tanggapan mereka, memberikan skor berdasarkan skala 1 sampai 4.

Temuan yang dipublikasikan dalam jurnal Pediatric Research ini menunjukkan adanya keuntungan yang jelas dalam perkembangan fisik dan psikologis anak-anak pada usia tiga tahun, ketika ayah mereka sangat terlibat dalam pengasuhan mereka. "Keterlibatan ayah yang tinggi dalam pengasuhan anak, dikaitkan dengan risiko peningkatan perkembangan motorik kasar, motorik harus, pemecahan masalah, dan domain pribadi-sosial. Keterlibatan aktif ayah dalam pengasuhan anak selama masa bayi juga dapat berkontribusi pada tumbuh kembang anak, sekaligus mengurangi stres ibu,” kata peneliti studi seperti dilansir Malay Mail, Jumat (1/9/2023).

Sejak 2010, hukum Jepang telah mengizinkan cuti orang tua selama 12 bulan, baik untuk ibu maupun ayah. Menurut perkiraan terbaru dari Kementerian Kesehatan Jepang, angka ayah yang mengambil cuti ayah mencapai 17,13 persen.

Meskipun angka ini mungkin terlihat kecil dibandingkan dengan Prancis (67 persen pada 2021) atau Finlandia (hampir 80 persen), angka ini mencerminkan kemajuan nyata di Jepang, yang telah meningkat sembilan kali lipat sejak 2012. Pemerintah Jepang baru-baru ini telah mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan pengambilan cuti ayah. Sejak 1 April 2022, undang-undang baru tentang cuti ayah mewajibkan perusahaan-perusahaan Jepang memberi tahu semua karyawan mereka tentang kemungkinan mengambil cuti orang tua.

Namun demikian, kesenjangan yang ada di antara para ibu di Jepang masih sangat besar yaitu tingkat pengambilan cuti melahirkan mencapai 80,2 persen. Oleh karena itu, pemerintah Jepang bertujuan untuk meningkatkan tingkat pengambilan cuti ayah menjadi 50 persen pada tahun 2025, dan 85 persen pada 2030.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement