Selasa 05 Sep 2023 04:53 WIB

Ingin Sukses Jadi Pengusaha Tapi Durhaka ke Orang Tua, Terwujudkah?

Durhaka kepada orang tua jelas adalah perbuatan dosa.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Muhammad Hafil
Anak Durhaka (ilustrasi)
Foto: bukucinta.com
Anak Durhaka (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Banyak generasi milenial yang tertarik menjadi pengusaha agar mendapat banyak uang. Tentu ini hal yang positif. Namun bagaimana jadinya jika bersikap tak baik atau bahkan durhaka kepada orang tua? Apakah keinginan tersebut bisa terwujud?

Nabi Muhammad SAW telah memberi pesan tentang bagaimana cara untuk memperluas rezeki. Dalam hadits yang diriwayatkan dari Anas bin Malik RA, bisa diketahui cara tersebut.

Baca Juga

 « من سره أن يبسط له في رزقه، أو ينسأ له في أثره، فليصل رحمه »؛ [متفق عليه]

Nabi Muhammad SAW bersabda, "Siapa yang ingin rezekinya diperluas dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah menjaga tali silaturahmi. (HR Bukhari dan Muslim)

Bersikap baik dan berbakti kepada orang tua adalah bentuk memelihara ikatan silaturahmi. Juga menjaga silaturahmi dengan sanak saudara yang memiliki ikatan keturunan. Hubungan ini tidak boleh terputus.

Ketika orang tua dihormati, dan ikatan tali silaturahmi dengan sanak saudara dijaga, maka rezeki akan dilimpahkan kepadanya. Dalam kondisi demikian, keinginan untuk menjadi pengusaha yang sukses pun akan diberi jalan kemudahan.

Menjunjung tinggi tali silaturahmi merupakan salah satu ibadah yang paling utama bagi seorang hamba untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Allah telah memerintahkan dan memperingatkan agar tidak memutusnya.

Dengan menjaga ikatan silaturahmi, maka akan rezeki seseorang akan diperluas dan diberkahi Allah SWT. Maka tidak ada alasan lagi untuk tidak melakukan hal tersebut agar mendapatkan kemudahan jalan dalam mencapai kesuksesan dalam berwirausaha.

Durhaka kepada orang tua jelas adalah perbuatan dosa dalam Islam. Perbuatan dosa merupakan salah satu faktor utama mengapa rezeki seseorang seret, sehingga bisa berakibat pada bisnis yang tidak berkembang atau bahkan gagal.

Sepatutnya seorang Muslim juga memahami, sebaik-baik rezeki adalah yang mengandung nilai keberkahan. Maka, jangan hanya mengejar banyaknya rezeki, tetapi kejar berkahnya rezeki. Bukan banyaknya uang yang membuat cukup, tetapi keberkahanlah yang membuatnya cukup.

Ketika rezeki berkah, banyak atau sedikit menjadi lapang. Tetapi, ketika berkah hilang, banyak atau sedikit bisa berujung pada kesempitan hidup. Karena itu Rasulullah SAW berdoa sebagaimana berikut ini:

 اللَّهُمَ قَنِّعْنِي بِمَا رَزَقْتَنِي، وَبَارِكْ لي فِيهِ،

"Ya Allah, jadikanlah aku merasa cukup dengan apa yang Engkau rezekikan, berikanlah berkah di dalamnya." (HR Al Hakim).

Sumber:

https://dorar.net/hadith/sharh/6870

https://www.elbalad.news/5082914

sumber : Dorar.net / elbalad
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement