Sabtu 09 Sep 2023 20:23 WIB

Pesantren Mencetak Tokoh Umat dan Bangsa

Pesantren punya peran penting dalam perjalanan bangsa.

Rep: Mabruroh/ Red: Muhammad Hafil
Ilustrasi Pondok Pesantren
Foto: ANTARA FOTO/NOVRIAN ARBI
Ilustrasi Pondok Pesantren

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA – Sekjen Majelis Ulama Indonesia (MUI) Buya Amirsyah Tambunan hadir sebagai pembicara kunci dalam acara Islamic Acting Literacy yang dilakukan Lembaga Seni Budaya dan Peradaban Islam (LSPBI) di Pesantren Pondok Bambu Kp. Kandang, Desa Cogreg, Parung, Bogor hari ini, Sabtu (9/9/23). Kehadirannya dalam rangka memberikan semangat dan dukungan kepada pesantren untuk mencetak dan melahirkan santri-santri yang mandiri dan menjadi tokoh bangsa.

Buya Amirsyah mendukung Tahfidz Qur'an Pondok Bambu untuk mendidik santri agar memiliki kemampuan selain penghafal qur'an dan menguasai bahasa Arab dan Inggris juga sebagai entrepreneurship, agar bisa menjadi pengusaha yang mandiri serta mampu mengembangkan dan meningkatkan perekonomian umat dan bangsa.

Baca Juga

Buya Amirsyah kemudian menjelaskan, bahwa usia pesantren di tanah air ini sudah sangat tua. Sebagaimana dilakukan Kiai Hasyim Asy’ari saat mendirikan pesantren Tebuireng di Jombang, kemudian membentuk Nahdlatul Ulama (NU) pada 1926. Kemudian seperguruan Kiai Hasyim di Mekkah, Kiai Ahmad Dahlan, juga mendirikan Muhammadiyah pada 1912, mendirikan pusat pendidikan Islam modern di Indonesia yang kemudian melahirkan tokoh seperti Buya Hamka.

“Karena itu kita harus mencegah segala tindakan kekerasan dan pelecehan yang ada di pesantren,” kata Buya Amirsyah dalam keterangan tertulis kepada Republika, Sabtu (9/9/2023).

Pesantren Pondok Bambu mulai berdiri pada 17 Juli 2022 di bawah Pengasuhan H Usamah Hisyam, yang juga Ketua Umum PP Parmusi. Kiai Usamah juga memberikan sambutan singkat memberikan apresiasi atas kehadiran MUI, memberikan pengakuan dan semangat kepada para santri untuk giat belajar.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement