REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --Rasulullah SAW paling pandai dalam menyenangkan hati istri-istrinya. Beliau tidak pernah membentak istri-istrinya apalagi melontarkan kata-kata kasar. Sebaliknya, Rasulullah berlaku lemah lembut pada setiap istrinya. Bahkan pada Sayidah Aisyah, Rasulullah memanggilnya dengan sebutan yang sangat romantis, Humairah yang berarti wanita yang berpipi kemerah-merahan. Karena itu Rasulullah adalah teladan terlebih bagi para suami dalam menghadapi istri.
Dalam hal makanan yang disuguhkan istrinya, Rasulullah tak sekalipun mencela. Inilah yang patut dicontoh oleh setiap suami, sebab orang yang kurang cocok dengan cita rasa makanan tersebut lalu membuangnya maka ini termasuk menghina atau mencela makanan yang juga dilarang dalam Islam. Lebih-lebih itu akan melukai perasaan istri.
Dalam sebuah hadits dari sahabat Abu Hurairah ra. dari Nabi SAW:
مَا عَابَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ طَعَامًا قَطُّ إِنْ اشْتَهَاهُ أَكَلَهُ وَإِنْ كَرِهَهُ تَرَكَ
Artinya: “Nabi SAW tidak pernah mencela makanan sekali pun. Apabila beliau berselera (suka), beliau memakannya. Apabila beliau tidak suka, beliau pun meninggalkannya (tidak memakannya).” (HR Imam Bukhari dan Imam Muslim)
Dalam hadits di atas dapat dipahami bahwa mencela makanan saja dilarang, seperti mengatakan makanan tersebut kurang asin, kurang enak, kurang matang, dan sebagainya, apalagi kemudian membuangnya. Itu lebih dilarang. Yang diajarkan oleh Rasulullah SAW ketika ada makanan atau dihidangkan makanan yang kurang cocok dengan cita rasa beliau adalah bukan mencela apalagi membuangnya.