REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, resmi meluncurkan varietas jagung Jago hasil kerja sama antara Kementerian Pertanian dan Universitas Hasanuddin. Syahrul mengklaim benih jagung Jago ini diperkirakan mampu berproduksi hingga kurang lebih tujuh ton per hektare. Angka panen tersebut bisa bertambah menjadi sembilan ton per hektare apabila dididukung peralatan teknologi pertanian.
"Fokus kita selain beras adalah jagung. Dan kita tahu, jagung ini bisa digunakan untuk berbagai hal seperti dijadikan makanan ternak, makanan manusia, pupuk, minyak, gula, tepung dan lain sebagainya. Jadi saya minta ini dikembangkan terus," kata Syahrul dikutip dari Siaran Pers Kementan, Ahad (10/9/2023).
Secara fisik, Syahrul menuturkan, varietas jagung jago buatan Unhas ini memiliki butiran yang padat dan bentuk yang gemuk. Kondisi ini diperkaya dengan batang pohon yang sehat dan tumbuh dengan baik. Dirinya optimistis varietas jagung terbaru mampu menjadi unggulan baru bagi ketersediaan nasional.
Lebih lanjut, Syahrul menambahkan, varietas jagung Jago ini bisa ditanam di mana saja baik di dataran tinggi maupun dataran rendah. Jagung ini bahkan bisa menjadi opsi kebutuhan jagung masa depan terutama dalam memenuhi ketersediaan dalam negeri.
"Jagung ini sangat bisa ditanam dimana saja. Varietas jagung ini diyakinkan punya produksi atau produktivitasnya jauh lebih tinggi dibandingkan kualitas lain," jelasnya.
Sebelumnya, Badan Pangan Nasional (NFA), juga terus mendorong pemenuhan Cadangan Jagung Pemerintah (CJP) sebagai upaya perbaikan tata kelola jagung nasional.
Kepala NFA Arief Prasetyo Adi mengatakan, sesuai dengan Perpres 125 Tahun 2022 tentang Pengelolaan Cadangan Pangan Pemerintah, pihaknya mendorong penguatan CJP melalui penugasan kepada Perum Bulog.
“Pemerintah melalui NFA menugaskan Perum Bulog untuk mengadakan 250 ribu ton jagung sepanjang tahun 2023 dengan stok akhir tahun minimal 60 ribu ton,” ujar Arief, baru-baru ini.
Berdasarkan Prognosa Neraca Komoditas Jagung, perkiraan produksi jagung dalam negeri tahun 2023 mencapai 18,15 juta ton, dengan stok sisa dari tahun 2022 sebesar 3,08 juta ton, sementara kebutuhan jagung sepanjang tahun 2023 diperkirakan sebanyak 16,98 juta ton.
Dengan perhitungan tersebut, perkiraan neraca jagung terdapat surplus sekitar 5,08 juta ton.
Adapun stok jagung yang saat ini dikelola Bulog sebanyak 203 ton atau sekitar 0,08 % dari target stok jagung nasional sesuai penugasan NFA sebanyak 250 ribu ton sepanjang tahun 2023.
Cadangan Jagung Pemerintah (CJP) tersebut akan digunakan untuk program stabilisasi harga khususnya ke peternak layer mikro dan kecil.
Berdasarkan data Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, terdapat 3.951 peternak yang tersebar di tujuh provinsi dan 40 kabupaten sentra dengan populasi mencapai 17,5 juta ekor dan estimasi total alokasi jagung yang dibutuhkan sebanyak 63.327 ton.