REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Senior Economist PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia Rully Arya Wisnubroto menyatakan rupiah melemah pada Rabu (13/9/2023) karena pasar masih menunggu data inflasi di Amerika Serikat (AS) yang akan dirilis malam ini. Pada penutupan perdagangan hari ini, mata uang rupiah melemah sebesar 29 poin atau 0,19 persen menjadi Rp 15.371 per dolar AS dari penutupan sebelumnya sebesar Rp 15.342 per dolar AS.
“Rupiah masih tertekan, hari ini kita lihat index dolarnya juga sedang naik, mendekat ke kisaran 105. Pasar masih menunggu data inflasi di AS. Saat ini, pasar memprediksi inflasi AS bulan Agustus 2023 naik ke 3,6 persen yoy (year on year), dari bulan Juli 2023 yang sebesar 3,2 persen yoy,” ujar dia di Jakarta.
Melihat kondisi dalam negeri, pasar masih menunggu rilis data neraca perdagangan Indonesia yang diharapkan meningkat menjadi 1,5 juta dolar AS pada Agustus 2023 dari 1,3 juta dolar AS pada Juli 2023.
Kondisi perekonomian China dinilai masih terus menunjukkan tren pelemahan, yang akhirnya memicu sentimen risk off dari emerging market.
“Saya rasa dengan perkembangan saat ini, rupiah masih didominasi oleh sentimen global. Namun, kalau nanti pada hari Jumat (15/9) rilisnya (neraca perdagangan Indonesia) lebih tinggi surplus trade balance-nya, maka hal ini akan mendorong rupiah,” ucap Rully.
Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Rabu turut melemah ke posisi Rp 15.367 dari sebelumnya Rp 15.344 per dolar AS.