Kamis 14 Sep 2023 07:08 WIB

Emas Global Turun Karena Inflasi AS Naik, Tapi Bertahan di Atas 1.900 Dolar

Emas mungkin harus menghadapi sekali lagi kenaikan suku bunga Fed di November.

Petugas menunjukkan emas batangan (ilustrasi).
Foto: Antara/Nyoman Hendra Wibowo
Petugas menunjukkan emas batangan (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, CHICAGO -- Harga emas merosot pada akhir perdagangan Rabu (Kamis 14/9/2023 pagi WIB), mencatat penurunan untuk sesi kedua berturut-turut, tetapi masih bertahan di atas level psikologis 1.900 dolar AS. Kondisi itu terjadi setelah data menunjukkan inflasi AS meningkat untuk bulan kedua berturut-turut yang dapat mengubah prospek suku bunga bank sentral.

Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Desember di divisi Comex New York Exchange, tergelincir 2,60 dolar AS atau 0,13 persen menjadi ditutup pada 1.932,50 dolar AS per ons, setelah diperdagangkan menyentuh tertinggi sesi di 1.938,40 dolar AS dan terendah di 1.927,20 dolar AS.

Baca Juga

Emas berjangka merosot 12,10 dolar AS atau 0,62 persen menjadi 1.935,10 dolar AS pada Selasa (12/9/2023), setelah bertambah 4,50 dolar AS atau 0,23 persen menjadi 1.947,20 dolar AS pada Senin (11/9/2023), dan terdongkrak 20 sen atau 0,01 persen menjadi 1.942,70 dolar AS pada Jumat (8/9/2023).

Emas merosot karena harga konsumen AS, didorong oleh harga bahan bakar yang lebih tinggi, naik dalam dua bulan berturut-turut hingga mencapai pertumbuhan tahun-ke-tahun sebesar 3,7 persen, menurut data Departemen Tenaga Kerja pada Rabu (13/9/2023) yang memberikan tekanan baru pada perjuangan melawan inflasi di Federal Reserve.

"Perdagangan emas mencerna laporan inflasi ini dan mulai melihat lubang pada perekonomian," kata Ed Moya, analis di platform perdagangan daring OANDA.

"Yang paling parah, emas mungkin harus menghadapi kenaikan suku bunga Fed satu kali lagi di November. Namun jelas bahwa perekonomian akan terus melemah di masa depan. Berita ekonomi buruk akan kembali menjadi kabar baik bagi emas."

Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan pada Rabu (13/9/2023) bahwa indeks harga konsumen (IHK) AS, yang merupakan ukuran utama inflasi, naik 0,6 persen pada Agustus, kenaikan bulanan terbesar pada tahun 2023; dan naik 3,7 persen dari tahun lalu. Para ekonom memperkirakan kenaikan masing-masing sebesar 0,6 persen dan 3,6 persen.

Data IHK yang sedikit lebih tinggi dari perkiraan memicu ekspektasi pasar bahwa Federal Reserve akan menaikkan suku bunga sekali lagi pada November, sehingga mengurangi harga emas.

Para analis pasar berpendapat bahwa data IHK AS terbaru memberikan sedikit kejelasan terhadap prospek kebijakan Federal Reserve.

Fed kemungkinan tidak akan melakukan perubahan pada keputusan suku bunga minggu depan. Untuk melawan inflasi, The Fed telah menaikkan suku bunga sebesar 5,25 persen dari basis hanya 0,25 persen pada Maret 2022. Bank sentral dijadwalkan akan memutuskan suku bunga berikutnya pada pertemuan kebijakannya pada 20 September.

Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Desember merosot 22,10 sen atau 0,94 persen, menjadi ditutup pada 23,181 dolar AS per ons. Platinum untuk pengiriman Oktober terpangkas 7,60 dolar AS atau 0,83 persen, menjadi menetap pada 905,20 dolar AS per ons.

 

sumber : ANTARA
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement