REPUBLIKA.CO.ID, KEBUMEN -- Geopark Kebumen yang telah masuk dalam geopark nasional, kini tengah dikembangkan menjadi geopark dunia atau global. Upaya yang dilakukan Pemkab Kebumen untuk hal ini yakni dengan memperluas jejaring dalam The 10th Internasional Conference on UNESCO Global Geopark yang dilaksanakan di Marrakesh, Maroko, Afrika Utara, pekan lalu.
Meski sempat mengalami gempa di lokasi tersebut, pihak Pemkab Kebumen mendapatkan beberapa kesepakatan kerja sama untuk pembentukan Geopark Kebumen.
"Insya Allah tahun ini Kebumen Geopark nasional diusulkan UNESCO, tapi kami harus dapat dukungan dari geopark lain. Kami sudah MoU dengan Geopark Sotun, Thailand, dan delegasi Geopark Langkawi, Malaysia, dan sedang penjajakan dengan Geopark Chili," ungkap Bupati Kebumen Arif Sugiyanto kepada Republika, Rabu (13/9/2023).
Bupati Arif menjelaskan penilaian untuk Geopark Global akan diadakan pada Oktober mendatang. Penilaian yang dilakukan oleh UNESCO saat itu akan menentukan apakah Geopark Kebumen bisa menjadi geopark global.
Beberapa yang dinilai yakni mengenai geodiversity, budaya, dan bagaimana masyarakat setempat memahami dan melestarikan geopark tersebut. Tidak hanya melalui kerja sama internasional, dalam mempersiapkan Geopark Kebumen menjadi geopark global, pemkab juga belajar dari Geopark Rinjani Lombok, dan Geopark Batur Bali yang hadir untuk memberikan saran saat Kebumen Internasional Expo beberapa waktu lalu.
"Dari penilaian pada Oktober nanti kita maksimalkan tembus geopark dunia, ini agar sekali melangkah jangan tertunda empat tahun lagi. Dari pengalaman yang lain (Rinjani dan Batur), salah satu yang terpenting adalah jejaring itu," ujar bupati.
Konsep Geopark Kebumen yang dibawa adalah ilmu kebumian atau bebatuan. Bupati menuturkan, bahwa menuju ke geopark global, wilayah Geopark Kebumen tidak hanya area Karangsambung-Karangbolong, akan tetapi cakupannya lebih luas. Geopark Kebumen bukan hanya menawarkan situs geologi, tapi juga situs kebudayaan masyarakat, situs geologi dan pariwisatanya yang satu dengan yang lain saling berkaitan.
"Dari sebanyak 26 kecamatan, Geopark Kebumen cakupannya luas, ada di 22 kecamatan," tegasnya. Menurut bupati, budaya Kebumen sangat beragam, yang terkait erat dengan alam lingkungan.
Ada tiga zona alam di Kebumen, yaitu pegunungan utara dengan bantuan melange dan lapisan tanah tipis. Kawasan karst di sisi Barat, lembah aluvial (endapan) di kawasan tengah dan kawasan pesisir selatan.
Menurutnya, kawasan utara dan karst didominasi budaya berkarakter ekspresif, terbuka dan merupakan manifestasi relasi manusia dengan alam. Sementara kawasan pesisir berkembang budaya khas Mataram karena wilayah ini di masa lalu memiliki intensitas relasi tinggi dengan para bangsawan Mataram.
Dan kawasan tengah merupakan poros ekonomi sebagai melting pot ragam kebudayaan Kebumen. "Geopark Kebumen itu the best advance ilmu kebumian atau geologi, bahkan ada BRIN yang meneliti di sana. Tidak hanya universitas dalam negeri seperti ITB, dari luar negeri seperti Jepang, Korea juga banyak meneliti di Geopark Kebumen," katanya.
Saat ini, cakupan Geopark Kebumen berada di 22 kecamatan dari 26 kecamatan yang ada di Kebumen. Menurut bupati, hal tersebut sengaja ditetapkan seperti itu untuk penambahan penilaian setiap empat tahun sekali dari UNESCO.
"Ketika ditetapkan sebagai geopark oleh UNESCO, harus ada penambahan setiap empat tahun sekali. Jadi siapapun bupatinya bisa menetapkan geopark," ujar dia.
Ahli peneliti utama BRIN, Chusni Ansori, menyampaikan tentang hubungan pembentukan budaya pada kawasan Geopark Kebumen dengan keragaman geologinya, dan pengaruh kondisi geologi terhadap pembentukan budaya yang terbentuk.
Menurut Chusni, ada parameter budaya yang ada di Kabupaten Kebumen berupa budaya megalitik, Hindu-Budha, Islam dan kolonial. Sedangkan parameter geologi ada tujuh parameter yang meliputi litologi, bentang alam, ketinggian, kelerengan, meterial tambang, jarak dari sungai, dan geohidrologi.
"Tujuh parameter geologi dan empat parameter budaya telah dianalisis menggunakan metode overlay dan AHP," jelas Chusni yang juga ketua Kelompok Riset Geoheritage-Geopark BRIN dikutip dari situs resmi Pemkab Kebumen.
Berdasarkan analisis itu, budaya yang berkembang pada kawasan Kebumen mempunyai keterkaitan dengan kondisi geologi yang ada. Budaya era megalitik ada 11 lokasi, dan Hindu-Budha 13 lokasi, terlihat kuat keterkaitannya dengan air tanah dan kedekatan dengan sungai.
"Pada era Islam ada 31 lokasi lebih terkait dengan kontrol ketinggian dan material tambang, sementara pada era kolonial ada 83 lokasi lebih dikontrol oleh bentang alam dan bahan tambang," jelasnya.
Secara keseluruhan daerah datar, endapan alluvial, morfologi fluvial dan pantai, jarak dari sungai kurang dari 750 m, ketinggian kurang 50 m, pada daerah air tanah dangkal dan material tambang berapa sirtu, merupakan pilihan utama.